Risalah dari Prof. Dr. Muhammad Badi, Mursyid Am Ikhwan Muslimin, 2 December 2010
Segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam ke atas Rasulullah saw beserta keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari pembalasan.
Adapun selanjutnya:
Tidak ada keraguan bahawa dakwah kepada Allah SWT dalam segala aspeknya mestilah terbina di atas pendekatan utama yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Allah SWT telah memberi tugas kepada kita untuk melaksanakan dakwah ini, dan telah menyerahkan tanggung jawab penting ini kepada kita. Malahan secara tegas Allah SWT menekankan bahwa semua makhluk tidak diberikan beban kecuali sesuai dengan kesanggupan dan kemampuannya.
Justeru, dakwah kepada Allah dalam berbagai bentuk dan wasilahnya adalah suatu kewajiban , sebagaimana yang difirmankan Allah SWT bermaksud:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (An-Nahl:125)
Sesuai dengan kemampuannya, setiap individu muslim berkewajiban menunaikan dakwah ini; sama ada lelaki ataupun wanita, tidak ada alasan untuk berlepas tangan walaupun memiliki keuzuran. Allah SWT berfirman bermaksud:
“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka Berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (At-Taubah: 91)
Ini kerana tugas dakwah merupakan kesinambungan dari tugas seperti dalam syariat Islam sejak kita menyerahkan diri untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam.
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf:108)
Bahkan jinpun memahami tentang tugas ini, sejak dibacakan ayat Al-Qur’an, dan mereka dengan segera menunaikan tugas ini..
Tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan”. (Al-Ahqaf:29)
Nabi tercinta saw telah menunaikan tugas Ilahi ini dalam segala situasi dan keadaan dan memanfaatkan segala kemungkinan yang tersedia. Bahkan pada ketika baginda berada di Mekah Al-Mukarramah dan semasa bersama dengan kaum muslimin menghadapi kezaliman dan penindasan sehingga baginda bersabda:
“Siapa yang mahu membela dan melindungiku sehingga aku mampu menyampaikan dakwah Tuhanku?”
Akhirnya baginda masuk di bawah perlindungan Al-Muth’im bin Adi, padahal dia adalah seorang musyrik kerana memanfaatkan salah satu nilai-nilai positif masyarakat jahiliah iaitu menghormati jiran. Baginda juga melakukan tahaluf (penggabungan) dengan semua kekuatan yang ada dalam masyarakat ketika itu, biarpun terdapat perbezaan-perbezaan dalam mencapai tujuan mulia, iaitu menghapuskan kezaliman dari semua yang tertindas, baik siapa pun dia, sehingga baginda masuk dalam tahaluf kepada semua pihak dalam perkara-perkara kebajikan di rumah Abdullah bin Jad’an”.
Nabi saw juga memanfaatkan persatuan dan perhimpunan Arab dari berbagai kabilah di Baitullah Al-Haram. Begitu juga perhimpunan di pasar-pasar, sama ada pasar barangan, atau pasar sastera dan syair. Hal ini telah dilakukan oleh Nabi Nuh as seperti yang disebutkan dalam Al-Quran. Baginda menggunakan segala cara dan wasilah dakwah dalam berbagai keadaannya sekalipun menghadapi berbagai tekanan .. Allah SWT berfirman bermaksud:
“Nuh berkata: “Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang”. (Nuh:5)
“Kemudian Sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan. Kemudian Sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam”. (Nuh:8-9)
Para generasi Islam juga telah melaksanakan tugas menyeru ke jalan Allah SWT ini dengan baik, memikul amanah risalah dan menyampaikannya dari satu generasi ke generasi lainnya, sebagaimana yang telah disampaikan khabar gembiranya oleh Rasulullah saw:
“Hendaknya yang membawa ilmu ini orang yang berada di belakang memiliki sifat adil sehingga mampu menghapuskan berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh orang yang melampaui batas, taktik kotor para pelaku kebatilan dan pandangan keji para jahiliah”.
Baginda juga menyatakan khabar gembira kepada kita bahwa contoh teladan ini akan tetap ada pada generasi yang sentiasa membawa dan memikul amanah dan risalah ini hingga hari kiamat sekalipun terpaksa menghadapi berbagai rintangan dan tekanan, biar terpaksa menghadapi syaitan-syaitan dari bangsa jin dan manusia dengan berbagai rintangan dan ujian yang dibawanya:
“Sekelompok umatku akan sentiasa tampil pada kebenaran, tidak takut akan ancaman dari orang-orang yang menentangnya dan celaan mereka hingga datang keputusan Allah dan mereka tetap dalam keadaan demikian”.
Dua ungkapan yang disebutkan dalam hadits nabi saw di atas merupakan ungkapan yang ringkas tetapi padat yang membawa maksud yang berbeza. Namun setiap ungkapan tersebut memiliki makna yang kita perlukan dalam menempuh jalan dakwah ini, yang merupakan ringkasan dari berbagai permaslahan yang sentiasa dihadapi dalam amal jama’i ini.
Ungkapan pertama adalah orang-orang yang menyimpang atau menentang, maknanya adalah tidak akan berjalan seiring bersama mereka para penyimpang sejak awal dakwah yang mereka tempuh.
Ungkapan kedua adalah orang-orang yang mencela mereka, maknanya adalah ungkapan dalam bentuk lain, iaitu bahwa satu kelompok orang yang berada di tengah-tengah dakwah, namun akhirnya lepas dari meneruskan amal dakwah bersama mereka sama ada dalam suasana menghadapi ujian yang sangat berat atau suasana fitnah kemewahan.
Inilah yang terjadi dan dialami oleh jamaah yang penuh barakah ini, tentang panjangnya usia dan perjalanan dakwah yang melangkaui dari kehormatan, geografi dan sejarah, sama seperti yang disampaikan oleh nabi saw.
Hasan Al-Banna rahimahullah telah meneguk sumber yang jernih ini. Beliau mengarahkan dan membimbing para pengikutnya. Beliau adalah mursyid pertama jamaah ini yang mengikuti pendekatan nabi saw dalam menggemblengkan potensi yang dimiliki, disertai dengan keikhlasan dan pengorbanan serta ikatan yang kuat pada setiap individu jamaah sehingga mereka seperti bangunan yang kokoh dan kuat, mampu memberikan kemuliaan kepada mereka yang berusaha melindunginya.
Namun Allah SWT tidak membebani kita dengan hasil, kerana seringkali hasil tidak datang seiring dengan keinginan kita setelah melakukan segala usaha dan penat lelah, lalu mengakibatkan putus asa dalam jiwa, tapi datang hiburan dari teladan kita Rasulullah saw ketika menghadapi berbagai tekanan, bahkan serangan yang mana puncaknya adalah ketika di Taif. Meskipun dia pergi ke Taif untuk melaksanakan dakwah kepada Allah dan mengharap redha-Nya dan dan tiada seorangpun dari mereka yang menerima dakwahnya, namun baginda tetap mengharapkan mereka mendapat petunjuk:
“Ya Allah, berikanlah kepada mereka hidayah karena mereka tidak mengtahui”
“Hai kaumku, Bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka?”(Ghafir:41)
“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku Termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)”. (Yunus:72)
“Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah”. (Al-An’am:33)
“Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah)”. (As-Syura:48)
Kita bersaksi bahwa Nabi saw telah menyampaikan risalah dan menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya atas apa yang ditugaskan kepadanya. Kita memohon kepada Allah SWT untuk memberi ganjaran terbaik kepadanya sebagaimana yang telah diberikan nabi kepada umatnya.
Baginda saw telah menceritakan kepada kita bahwa terdapat nabi yang akan dibangkitkan pada hari kiamat, tanpa seorangpun yang menerima dakwahnya, seperti Nuh a.s sebagai nabi yang usianya paling panjang dan salah satu dari nabi “Ulul Azmi”, tinggal bersama kaumnya selama 950 tahun namun tidak ada yang menerima dakwahnya kecuali hanya sedikit saja.
Allah SWT memisahkan antara sebab dan akibat seperti dalam firman Allah bermaksud:
“Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya”. (Al-Mulk:15)
Rasulullah saw dan sahabatnya membuat parit pada ketika Perang Ahzab dan tidak menyedari adanya peperangan yang terjadi disekitarnya, namun datang hasilnya kepada baginda berupa kemenangan dari Allah dalam bentuk angin yang keras lagi dingin. Hal tersebut tidak masuk dalam perkiraan mereka. Nabi saw juga membuat strategi yang begitu terperinci dan baik pada ketika akan melakukan hijrah ke Madinah, namun pada saat orang-orang kafir sampai ke Gua Tsur tempat nabi dan sahabatnya bersembunyi Allah memberikan pertolongan di luar konsep dan strategi yang dibuat oleh nabi saw dengan memalingkan pandangan mata orang-orang kafir.
Saudara-saudara kita para mujahidin di Palestin dan lainnya yang sedang menghadapi berbagai kesukaran dan dugaan untuk mendatangkan pertolongan Allah dan kemenangan dari arah yang tidak mereka sangka setelah menyempurnakan dan menunaikan sebab-sebabnya. Contohnya sangatlah banyak. Namun rumusan yang kita harapkan kepada Allah agar memberikan manfaat dalam agama dan dunia kita dalam perbincangan ini, iaitu:
- Keikhlasan niat untuk Allah semata-mata, kerana dengannya kita mendapat ganjaran, taufik dan pertolongan serta kemenangan.
- Ketika tercapai apa yang kita inginkan, maka kita memuji Allah SWT di atas kurnia dan taufik yang telah diberikan kepada kita.
- Jika tidak tercapai apa yang kita harapkan, kita menyakini bahwa ganjaran telah ditetapkan untuk kita, dan kita memohon semoga Allah SWT mentaqdirkan kita kebaikan, di manapun dan bagaimanapun, kemudian Allah meredhai kita.
- Terus melakukan tugas dalam apa jua keadaan setelah memastikan keselamatan mengambil segala sebab, dan menggemblingkan seluruh potensi yang menngukuhkan bahawa segala amal perbuatan hanya kerana Allah, kerana selama amal untuk Allah maka akan kekal dan sampai kepada-Nya.
- Kita masih ingat sikap Hajar yang melakukan berbagai sebab dengan lari tujuah kali, yang mana pada setiap larian tidak mendapatkan hasil yang diinginkan. Namun beliau tidak putus asa dan terus berlari sehigga berlaku seperti yang diinginkan oleh Allah untuknya dari berbagai kebaikan dan anugerah.
- Kita masih ingat wasiat Rasulullah saw untuk kita bahwa baginda bersabda
“Jika terjadi kiamat dan di tangan salah seorang dari kamu ada benih yang boleh ditanam maka tanamlah”.
Ini adalah saat-saat akhir dunia dan bahkan benih berarti penanaman pohon kurma yang tidak berbuah kecuali setelah bertahun-tahun lamanya, dan tidak ada hasil yang diharapkan kecuali kesinambungan dari amal positif dan menunaikan tugas dan menggapai ganjaran yang telah dijanjikan.
Wahai umat Islam di mana saja kalian berada…
Wahai para generasi dakwah dari ikhwah dan akhwat…
Allah telah mengurniakan kita semua untuk sentiasa ikhlas, sentiasa beramal, sentiasa berharap dan sentiasa memohon penerimaan doa. Justeru teruslah kalian bergerak dan beramal di jalan dakwah. Semoga Allah memberkati kalian… Semoga Allah memberikan taufik kepada kalian dan tidak menyia-nyiakan amal ibadah kalian, dan semoga Allah SWT memberikan ganjaran yang terbaik dari apa yang telah kalian lakukan…
Allah Akbar dan segala puji hanya milik Allah
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
http://www.ikhwanonline.com/Article.asp?ArtID=75645&SecID=213