Video ini moga dijadikan iktibar bagi kita yang menjalankan kerja-kerja kebajikan dan dakwah.
Friday, February 24, 2012
Dakwah Menggerakkan Kehidupan
Sesungguhnya Islam mengharapkan dari seorang muslim untuk :
- Bekerja sebelum berbicara.
- Tidak mengatakan sesuatu melainkan untuk dikerjakan.
- Tidak bekerja melainkan untuk diselesaikan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak terkena cercaan Allah swt.
Allah swt berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahawa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS As Shaff : 2 - 3)
Amal seorang muslim tidak akan hilang sia-sia di mana ia akan dinilai di sisi Allah dan di sisi manusia :
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS At Taubah : 105)
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahawa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS As Shaff : 2 - 3)
Amal seorang muslim tidak akan hilang sia-sia di mana ia akan dinilai di sisi Allah dan di sisi manusia :
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS At Taubah : 105)
Tarbiyah
Islamiyah selain berteraskan penekanan dari segi keimanan atau
ketuhanan dan saling melengkapi dan menyeluruh dalam pentarbiyahan, juga
ditekankan pula dengan ciri penting iaitu:
- Bersifat positif.
- Membangun.
Imam Hasan Al-Banna, pengasas gerakan Ikhwanul Muslimin itu adalah benar-benar :
- Seorang pembangun bukan seorang penghancur.
- Seorang yang suka bekerja bukan tukang bicara.
- Seorang yang realistik bukan seorang yang berangan-angan.
Oleh
kerana itu, ia mengerahkan tenaganya dan tenaga mereka yang di
sekitarnya kepada perkara-perkara yang positif dan membangun dan BUKAN tenggelam dalam :
- Perbicaraan yang sia-sia.
- Ucapan indah yang enak didengar bersifat keanak-anakan.
- Mencari kesalahan orang lain.
Berbahagialah orang yang sedar untuk memikirkan kesalahannya dan tidak membicarakan kesalahan orang lain.
Islam membenci seorang muslim yang sibuk dengan perkara-perkara yang menghabiskan waktunya untuk :
Islam membenci seorang muslim yang sibuk dengan perkara-perkara yang menghabiskan waktunya untuk :
- Hal-hal yang remeh.
- Terlibat dalam pembicaraan yang batil.
- Melakukan perbuatan yang buruk.
- Membalas kejahatan orang lain.
Allah swt menyifatkan orang mukmin dalam firmanNya :
"Apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling dari padanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, selamat tinggal bagi kamu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang jahil" (QS Al-Qashash : 55)
Allah swt menyifatkan hamba-hambaNya yang baik dalam firmanNya :
"Apabila orang-orang jahil menyapa mereka (dengan kata-kata yang tidak sopan), mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. " (QS Al-Furqan : 63)
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (sahaja) dengan menjaga kehormatan dirinya." (QS Al-Furqan : 72)
Rasulullah saw berpesan di dalam sebuah hadith :
"Di antara kebaikan seorang muslim adalah meninggalkan hal-hal yang tidak penting baginya."
Ulama' hadith menganggap hadith ini salah satu dari empat hadith yang bangunan Islam ditegakkan di atasnya.
Islam membenci seorang muslim yang mengunakan hati dan lidahnya untuk memaki dan mengutuk manusia atau benda-benda.
Seorang muslim bukanlah pemaki dan pengutuk, sebab itu ada sejumlah hadith dari Nabi saw yang semuanya mengatakan "janganlah kamu memaki," di antaranya :
"Apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling dari padanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, selamat tinggal bagi kamu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang jahil" (QS Al-Qashash : 55)
Allah swt menyifatkan hamba-hambaNya yang baik dalam firmanNya :
"Apabila orang-orang jahil menyapa mereka (dengan kata-kata yang tidak sopan), mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. " (QS Al-Furqan : 63)
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (sahaja) dengan menjaga kehormatan dirinya." (QS Al-Furqan : 72)
Rasulullah saw berpesan di dalam sebuah hadith :
"Di antara kebaikan seorang muslim adalah meninggalkan hal-hal yang tidak penting baginya."
Ulama' hadith menganggap hadith ini salah satu dari empat hadith yang bangunan Islam ditegakkan di atasnya.
Islam membenci seorang muslim yang mengunakan hati dan lidahnya untuk memaki dan mengutuk manusia atau benda-benda.
Seorang muslim bukanlah pemaki dan pengutuk, sebab itu ada sejumlah hadith dari Nabi saw yang semuanya mengatakan "janganlah kamu memaki," di antaranya :
- “Janganlah kamu memaki orang-orang yang telah mati, sebab mereka telah selesai amal perbuatannya (tidak sanggup berbuat apa-apa lagi)".
- "Jangan kamu memaki-maki masa, kerana Allah adalah (pencipta) masa."
- "Jangan kamu memaki angin, kerana sesungguhnya ia di perintahkan untuk berhembus)."
- "Jangan kamu memaki di masa panas, kerana ia adalah kifarat kesalahan."
- "Jangan kamu memaki ayam jantan, kerana ia mengingatkan (waktu) untuk solat."
Yang
lebih aneh lagi, ialah larangan memaki syaitan padahal telah terbukti
permusuhannya terhadap manusia dan jauhnya ia dari rahmat Allah swt.
Imam Nasa'i, Thabrani dan Hakim meriwayatkan dari sebahagian sahabat, katanya :
"Aku pernah membonceng naik unta Nabi saw lalu unta kami tersandung, maka aku berkata,' Celakalah syaitan! Nabi berkata kepadaku : Jangan engkau ucapkan: Celakalah syaitan, sebab ucapan itu akan menjadikan syaitan berkuasa dan besar sebesar rumah sehingga ia akan berkata: Akulah yang merobohkannya dengan kekuatanku tetapi ucapkanlah: Bismillah, kerana kalimat itu akan menjadikan syaitan kecil seperti lalat."
Memaki syaitan adalah perbuatan negatif, tidak akan menyakitinya bahkan menyenangkannya dan sesuai dengan sifat sombongnya.
Yang menyakiti dan membuatkan syaitan marah ialah bila manusia melakukan perbuatan yang positif untuk menentangnya seperti ingat kepada Allah dan mengatakan: ‘Bismillah’, ini membuatnya lemah tidak berdaya sehingga ia merasa dirinya kecil seperti lalat.
Di bawah sinar kefahaman-kefahaman Islam yang murni dan dengan jiwa yang positif lagi membangun inilah berjalannya pentarbiyahan Imam Hasan Al-Banna terhadap Ikhwanul Muslimin.
Pengarahannya diberikan kepada mereka dalam berbagai kesempatan dan dengan bermacam-macam cara.
Sesungguhnya beliau ingin sekali menjauhkan mereka dari :
Imam Nasa'i, Thabrani dan Hakim meriwayatkan dari sebahagian sahabat, katanya :
"Aku pernah membonceng naik unta Nabi saw lalu unta kami tersandung, maka aku berkata,' Celakalah syaitan! Nabi berkata kepadaku : Jangan engkau ucapkan: Celakalah syaitan, sebab ucapan itu akan menjadikan syaitan berkuasa dan besar sebesar rumah sehingga ia akan berkata: Akulah yang merobohkannya dengan kekuatanku tetapi ucapkanlah: Bismillah, kerana kalimat itu akan menjadikan syaitan kecil seperti lalat."
Memaki syaitan adalah perbuatan negatif, tidak akan menyakitinya bahkan menyenangkannya dan sesuai dengan sifat sombongnya.
Yang menyakiti dan membuatkan syaitan marah ialah bila manusia melakukan perbuatan yang positif untuk menentangnya seperti ingat kepada Allah dan mengatakan: ‘Bismillah’, ini membuatnya lemah tidak berdaya sehingga ia merasa dirinya kecil seperti lalat.
Di bawah sinar kefahaman-kefahaman Islam yang murni dan dengan jiwa yang positif lagi membangun inilah berjalannya pentarbiyahan Imam Hasan Al-Banna terhadap Ikhwanul Muslimin.
Pengarahannya diberikan kepada mereka dalam berbagai kesempatan dan dengan bermacam-macam cara.
Sesungguhnya beliau ingin sekali menjauhkan mereka dari :
- Sifat-sifat negatif.
- Menyerah kepada nasib.
- Berburuk sangka.
- Sikap riya'.
- Perdebatan yang tidak ada hasilnya.
Sebaliknya membuka bagi mereka lapangan kerja, supaya mereka dapat menyalurkan :
- Kemampuannya.
- Kesungguhannya.
Lapangan itu banyak dan bermacam-macam, dapat menyerap habis waktu dan kemampuan
serta dapat menjadi tumpuan cita-cita semua orang yang beriman dan idaman semua pejuang pada jalan Allah.
Dengarlah kata-katanya dalam ‘Risalah "At-Ta'alim"’ ketika menerangkan hakikat amal dan tingkatan-tingkatannya serta menjelaskan rukun ketiga dari "Bai'ah" setelah memahaminya dan ikhlas kepadanya.
Ia mengatakan :
serta dapat menjadi tumpuan cita-cita semua orang yang beriman dan idaman semua pejuang pada jalan Allah.
Dengarlah kata-katanya dalam ‘Risalah "At-Ta'alim"’ ketika menerangkan hakikat amal dan tingkatan-tingkatannya serta menjelaskan rukun ketiga dari "Bai'ah" setelah memahaminya dan ikhlas kepadanya.
Ia mengatakan :
“Yang aku maksudkan dengan amal ialah buah ilmu dan buah ikhlas”.
Tingkatan-tingkatan amal yang dituntut dari seorang Ikhwan adalah :
PERTAMA : Memperbaiki diri menjadi :
Tingkatan-tingkatan amal yang dituntut dari seorang Ikhwan adalah :
PERTAMA : Memperbaiki diri menjadi :
a. Bertubuh kuat.
b. Berakhlak mantap.
c. Berfikiran cerdas.
d. Sanggup berusaha.
e. Murni dalam beraqidah.
f. Benar dalam beribadah.
g. Bekerja keras untuk kepentingan dirinya.
h. Memperhatikan waktunya.
i. Teratur segala urusannya.
j. Bermanfaat bagi orang lain.
KEDUA : Membentuk keluarga muslim dengan :
b. Berakhlak mantap.
c. Berfikiran cerdas.
d. Sanggup berusaha.
e. Murni dalam beraqidah.
f. Benar dalam beribadah.
g. Bekerja keras untuk kepentingan dirinya.
h. Memperhatikan waktunya.
i. Teratur segala urusannya.
j. Bermanfaat bagi orang lain.
KEDUA : Membentuk keluarga muslim dengan :
a. Mengajak anggota keluarganya menghormati kefahamannya.
b. Memelihara adab-adab Islam dalam segala kegiatan kehidupan rumah tangga.
c. Memilih isteri yang baik.
d. Mengetahui hak dan kewajibannya.
e. Memberi pendidikan dan layanan kepada anak-anak dengan sebaik-baiknya.
f. Membentuk keperibadian mereka menurut prinsip-prinsip Islam.
KETIGA : Memberi petunjuk kepada masyarakat dengan :
b. Memelihara adab-adab Islam dalam segala kegiatan kehidupan rumah tangga.
c. Memilih isteri yang baik.
d. Mengetahui hak dan kewajibannya.
e. Memberi pendidikan dan layanan kepada anak-anak dengan sebaik-baiknya.
f. Membentuk keperibadian mereka menurut prinsip-prinsip Islam.
KETIGA : Memberi petunjuk kepada masyarakat dengan :
a. Memperbanyakkan dakwah kepada kebaikan serta memerangi keburukan dan kemungkaran.
b. Mengghairahkan keutamaan.
c. Menyuruh kepada yang ma'ruf.
d. Bersegera kepada perbuatan baik.
e. Membawa pendapat umum kepada kefahaman Islam dan mengusahakan agar kefahaman itu mewarnai segala aspek kehidupan.
KEEMPAT : Memerdekakan tanah air dengan membebaskannya dari setiap kekuasaan asing (yang bukan Islam) samada di bidang politik, ekonomi atau rohani.
KELIMA : Memperbaiki pemerintahan sehingga menjadi pemerintahan Islam yang sebenarnya.
b. Mengghairahkan keutamaan.
c. Menyuruh kepada yang ma'ruf.
d. Bersegera kepada perbuatan baik.
e. Membawa pendapat umum kepada kefahaman Islam dan mengusahakan agar kefahaman itu mewarnai segala aspek kehidupan.
KEEMPAT : Memerdekakan tanah air dengan membebaskannya dari setiap kekuasaan asing (yang bukan Islam) samada di bidang politik, ekonomi atau rohani.
KELIMA : Memperbaiki pemerintahan sehingga menjadi pemerintahan Islam yang sebenarnya.
Dengan
demikian, pemerintah dapat melaksanakan tugasnya sebagai pelayan umat,
pegawai dan petugas kesejahteraannya. Pemerintah Islam ialah yang
anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang Islam yang melaksanakan
kewajiban-kewajiban Islam, tidak menampakkan kemaksiatan dan
melaksanakan hukum Islam serta ajaran-ajarannya.
KEENAM : Mengembalikan keutuhan antarabangsa bagi umat-umat Islam dengan :
KEENAM : Mengembalikan keutuhan antarabangsa bagi umat-umat Islam dengan :
a. Memerdekakan negerinya.
b. Menghidupkan kejayaannya.
c. Mempercepatkan kemajuannya.
d. Mempersatukannya sehingga semua itu menghantarkan kepada pengembalian Khilafah yang telah hilang dan persatuan yang dicita-citakan.
KETUJUH : Mengungguli dunia dengan menyiarkan dakwah Islam di mana sahaja supaya jangan ada fitnah dan supaya agama Islam semata-mata bagi Allah dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya.
Empat tingkatan yang terakhir ini adalah wajib atas jamaah sebagai kesatuan dan atas setiap muslim sebagai anggota jamaah.
Sungguh, perkara ini adalah tugas yang paling berat dan tujuan yang paling besar, mungkin dipandang oleh manusia sebagai khayalan, tetapi Ikhwanul Muslimin memandangnya sebagai kenyataan.
Kita sekali-kali tidak berputus asa dan bagi kita ada harapan besar pada Allah, sedang Allah berkuasa terhadap urusanNya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”
Dalam pengarahan dan pelajarannya kepada Ikhwanul Muslimin, Imam Hasan Al-Banna mengajar mereka mengutamakan :
b. Menghidupkan kejayaannya.
c. Mempercepatkan kemajuannya.
d. Mempersatukannya sehingga semua itu menghantarkan kepada pengembalian Khilafah yang telah hilang dan persatuan yang dicita-citakan.
KETUJUH : Mengungguli dunia dengan menyiarkan dakwah Islam di mana sahaja supaya jangan ada fitnah dan supaya agama Islam semata-mata bagi Allah dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya.
Empat tingkatan yang terakhir ini adalah wajib atas jamaah sebagai kesatuan dan atas setiap muslim sebagai anggota jamaah.
Sungguh, perkara ini adalah tugas yang paling berat dan tujuan yang paling besar, mungkin dipandang oleh manusia sebagai khayalan, tetapi Ikhwanul Muslimin memandangnya sebagai kenyataan.
Kita sekali-kali tidak berputus asa dan bagi kita ada harapan besar pada Allah, sedang Allah berkuasa terhadap urusanNya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”
Dalam pengarahan dan pelajarannya kepada Ikhwanul Muslimin, Imam Hasan Al-Banna mengajar mereka mengutamakan :
1. Keseluruhan sebelum bahagian-bahagian.
2. Pokok-pokok sebelum perincian.
3. Kenyataan dan masalah-masalah ilmiyah dan bukan tenggelam dalam perbahasan yang tidak berguna.
Oleh sebab itu pada PRINSIP KESEMBILAN dari usul dua puluh beliau tegaskan :
"Setiap permasalahan yang tidak didasarkan pada amal dan praktikal, maka melibatkan diri di dalamnya adalah memberat-beratkan diri yang dilarang oleh syara', misalnya : banyaknya definasi bagi hukum-hukum yang tidak pernah terjadi, berdalam-dalam tentang makna-makna ayat Al-Qur'an yang belum diungkapkan oleh ilmu pengetahuan, pembicaraan tentang siapa lebih utama di antara sahabat ra dan perselisihan yang timbul di antara mereka, padahal masing-masing mereka mempunyai kelebihan dengan dekatnya kepada Rasulullah dan berhak menerima pahala kerana niatnya yang baik, dan banyak alasan untuk tidak menyalahkan mereka."
Beliau menerangkan bahawa khilaf antara ulama dalam furu'(perincian) hukum-hukum syariat adalah perkara yang sesuai dengan :
2. Pokok-pokok sebelum perincian.
3. Kenyataan dan masalah-masalah ilmiyah dan bukan tenggelam dalam perbahasan yang tidak berguna.
Oleh sebab itu pada PRINSIP KESEMBILAN dari usul dua puluh beliau tegaskan :
"Setiap permasalahan yang tidak didasarkan pada amal dan praktikal, maka melibatkan diri di dalamnya adalah memberat-beratkan diri yang dilarang oleh syara', misalnya : banyaknya definasi bagi hukum-hukum yang tidak pernah terjadi, berdalam-dalam tentang makna-makna ayat Al-Qur'an yang belum diungkapkan oleh ilmu pengetahuan, pembicaraan tentang siapa lebih utama di antara sahabat ra dan perselisihan yang timbul di antara mereka, padahal masing-masing mereka mempunyai kelebihan dengan dekatnya kepada Rasulullah dan berhak menerima pahala kerana niatnya yang baik, dan banyak alasan untuk tidak menyalahkan mereka."
Beliau menerangkan bahawa khilaf antara ulama dalam furu'(perincian) hukum-hukum syariat adalah perkara yang sesuai dengan :
a. Tabiat agama.
b. Tabiat bahasa.
c. Tabiat manusia.
Maka perkara itu tidaklah berbahaya tetapi yang menjadi bahaya adalah :
1. Kefanatikan.
2. Perpecahan.
3. Permusuhan.
Pada PRINSIP KELAPAN dari usul dua puluh beliau berkata :
"Khilaf fiqhi dalam furu" tidak boleh menjadi sebab untuk berpecah-belah dalam agama, atau membawa kepada permusuhan dan kebencian dan bagi masing-masing mujtahid ada pahalanya. Tidaklah ada halangan untuk membuktikan secara ilmiyah tentang masalah-masalah khilafiyah dalam rangka cinta kepada Allah dan saling bantu-membantu untuk mencapai tanpa menimbulkan sifat keras kepala dan fanatik".
Dengan usaha ini, Ikhwanul Muslimin dapat menghargai waktu dan tenaga dan tidak membuang-buangnya dengan adanya sikap fanatik (ta'asub) atau pembahasan yang tidak bermanfaat dan semua waktu dan tenaga dapat diarahkan kepada perkara-perkara yang bermanfaat.
Imam Hasan Al-Banna mempunyai sepuluh wasiat yang ketat hampir menjadi hafalan bagi pengikut-pengikutnya.
Semua wasiat itu mendorong kepada tindakan yang :
b. Tabiat bahasa.
c. Tabiat manusia.
Maka perkara itu tidaklah berbahaya tetapi yang menjadi bahaya adalah :
1. Kefanatikan.
2. Perpecahan.
3. Permusuhan.
Pada PRINSIP KELAPAN dari usul dua puluh beliau berkata :
"Khilaf fiqhi dalam furu" tidak boleh menjadi sebab untuk berpecah-belah dalam agama, atau membawa kepada permusuhan dan kebencian dan bagi masing-masing mujtahid ada pahalanya. Tidaklah ada halangan untuk membuktikan secara ilmiyah tentang masalah-masalah khilafiyah dalam rangka cinta kepada Allah dan saling bantu-membantu untuk mencapai tanpa menimbulkan sifat keras kepala dan fanatik".
Dengan usaha ini, Ikhwanul Muslimin dapat menghargai waktu dan tenaga dan tidak membuang-buangnya dengan adanya sikap fanatik (ta'asub) atau pembahasan yang tidak bermanfaat dan semua waktu dan tenaga dapat diarahkan kepada perkara-perkara yang bermanfaat.
Imam Hasan Al-Banna mempunyai sepuluh wasiat yang ketat hampir menjadi hafalan bagi pengikut-pengikutnya.
Semua wasiat itu mendorong kepada tindakan yang :
a. Positif.
b. Bekerja.
c. Membina.
Dan dalam masa yang sama memperingatkan bahaya melakukan tindakan yang :
a. Negatif.
b. Menganggur.
c. Merosakkan.
Dalam wasiat ini beliau berkata :
1. Dirikanlah solat tatkala engkau mendengar azan, betapapun keadaan di waktu itu.
2. Bacalah Al-Qur'an atau telaahlah tafsirannya atau dengarkanlah orang lain membacanya atau zikirlah kepada Allah dan janganlah engkau gunakan sebahagian waktumu untuk hal-hal yang tidak berfaedah.
3. Berbicaralah dengan bahasa Arab yang fasih, kerana yang demikian itu termasuk syi'ar Islam.
4. Jangan banyak berdebat dalam hal apapun, kerana pertengkaran itu tidak akan mendatangkan kebaikan.
5. Janganlah banyak ketawa, sebab hati yang berhubungan dengan Allah itu adalah tenang dan mantap.
6. Jangan suka berkelakar serta berolok-olok, sebab umat yang berjuang tidak mengenal selain kesungguhan.
7. Janganlah engkau keraskan suaramu melebihi yang diperlukan oleh pendengar, kerana hal itu menunjukkan kebodohan dan menyakitkan.
8. Jauhilah menghina orang, mencela organisasi dan janganlah berbicara kecuali pembicaraan yang baik.
9. Perkenalkanlah dirimu kepada orang yang engkau jumpai, walaupun ia tidak meminta hal itu darimu, sebab dasar dakwah kita adalah cinta dan saling kenal mengenal.
10. Kewajiban sentiasa lebih banyak dari waktu yang tersedia, sebab itu bantulah orang lain untuk memanfaatkan waktunya. Jika engkau mempunyai suatu urusan, maka selesaikanlah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Di antara pengertian positif dalam pentarbiyahan seorang anggota Ikhwan ialah dia tidak hanya mencari kesenangan peribadi dalam beribadah sehingga amal dan keinginannya terbatas pada kepuasan berzikir dan kesenangan berfikir tanpa :
b. Bekerja.
c. Membina.
Dan dalam masa yang sama memperingatkan bahaya melakukan tindakan yang :
a. Negatif.
b. Menganggur.
c. Merosakkan.
Dalam wasiat ini beliau berkata :
1. Dirikanlah solat tatkala engkau mendengar azan, betapapun keadaan di waktu itu.
2. Bacalah Al-Qur'an atau telaahlah tafsirannya atau dengarkanlah orang lain membacanya atau zikirlah kepada Allah dan janganlah engkau gunakan sebahagian waktumu untuk hal-hal yang tidak berfaedah.
3. Berbicaralah dengan bahasa Arab yang fasih, kerana yang demikian itu termasuk syi'ar Islam.
4. Jangan banyak berdebat dalam hal apapun, kerana pertengkaran itu tidak akan mendatangkan kebaikan.
5. Janganlah banyak ketawa, sebab hati yang berhubungan dengan Allah itu adalah tenang dan mantap.
6. Jangan suka berkelakar serta berolok-olok, sebab umat yang berjuang tidak mengenal selain kesungguhan.
7. Janganlah engkau keraskan suaramu melebihi yang diperlukan oleh pendengar, kerana hal itu menunjukkan kebodohan dan menyakitkan.
8. Jauhilah menghina orang, mencela organisasi dan janganlah berbicara kecuali pembicaraan yang baik.
9. Perkenalkanlah dirimu kepada orang yang engkau jumpai, walaupun ia tidak meminta hal itu darimu, sebab dasar dakwah kita adalah cinta dan saling kenal mengenal.
10. Kewajiban sentiasa lebih banyak dari waktu yang tersedia, sebab itu bantulah orang lain untuk memanfaatkan waktunya. Jika engkau mempunyai suatu urusan, maka selesaikanlah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Di antara pengertian positif dalam pentarbiyahan seorang anggota Ikhwan ialah dia tidak hanya mencari kesenangan peribadi dalam beribadah sehingga amal dan keinginannya terbatas pada kepuasan berzikir dan kesenangan berfikir tanpa :
a. Memperhatikan penyakit-penyakit masyarakat dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh manusia.
b. Penyimpangan di bidang akidah, di bidang bid'ah, kerosakan akhlak dan kehilangan pegangan hidup.
la tidak menghadapi semua ini dengan sikap menyerah, sedih dan menyesal, berputus asa atau meratapi nasib semata-mata tanpa mengambil langkah-langkah positif untuk :
b. Penyimpangan di bidang akidah, di bidang bid'ah, kerosakan akhlak dan kehilangan pegangan hidup.
la tidak menghadapi semua ini dengan sikap menyerah, sedih dan menyesal, berputus asa atau meratapi nasib semata-mata tanpa mengambil langkah-langkah positif untuk :
1. Memperbaiki yang rosak.
2. Meluruskan yang bengkok.
3. Mengajak orang-orang jahat kepada kebaikan.
4. Menyedarkan orang yang membuat bid'ah kembali mengikuti Sunnah.
5. Membawa orang yang menyimpang kembali ke jalan yang lurus.
6. Mengubah orang yang malas kepada rajin bekerja.
7. Menukar sikap orang yang putus asa kepada semangat yang menyala-nyala.
Suatu kewajiban dalam pentarbiyahan seorang muslim ialah menjadikan dakwah :
a. Cita-citanya yang utama.
b. Gerak hidupnya.
c. Tujuan usahanya.
Ia menganggap bahwa memberikan petunjuk kepada seseorang tentang Islam lebih baik dan utama dari segala hasil yang dicapainya dalam kehidupannnya dan memandang dakwah kepada Allah adalah jalan yang ditempuhi oleh Rasul-rasulNya dan khalifah-khalifahnya dan dakwah itu adalah semulia-mulia tugas dalam hidup.
Oleh sebab itu, slogan Ikhwan sentiasa berbunyi :
"Perbaikilah dirimu dan serulah orang lain (untuk memperbaiki dirinya)."
Kedua-dua tugas ini tidak dapat dipisahkan.
Allah swt berfirman :
"Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang soleh dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri" (QS Fushilat : 33)
Dakwah Ikhwanul Muslimin tidaklah terbatas kepada satu bentuk atau cara tertentu, bahkan setiap anggota mesti menyeru orang sekitarnya dengan cara yang mungkin dilakukannya serta dipandangnya berkesan seperti dengan :
2. Meluruskan yang bengkok.
3. Mengajak orang-orang jahat kepada kebaikan.
4. Menyedarkan orang yang membuat bid'ah kembali mengikuti Sunnah.
5. Membawa orang yang menyimpang kembali ke jalan yang lurus.
6. Mengubah orang yang malas kepada rajin bekerja.
7. Menukar sikap orang yang putus asa kepada semangat yang menyala-nyala.
Suatu kewajiban dalam pentarbiyahan seorang muslim ialah menjadikan dakwah :
a. Cita-citanya yang utama.
b. Gerak hidupnya.
c. Tujuan usahanya.
Ia menganggap bahwa memberikan petunjuk kepada seseorang tentang Islam lebih baik dan utama dari segala hasil yang dicapainya dalam kehidupannnya dan memandang dakwah kepada Allah adalah jalan yang ditempuhi oleh Rasul-rasulNya dan khalifah-khalifahnya dan dakwah itu adalah semulia-mulia tugas dalam hidup.
Oleh sebab itu, slogan Ikhwan sentiasa berbunyi :
"Perbaikilah dirimu dan serulah orang lain (untuk memperbaiki dirinya)."
Kedua-dua tugas ini tidak dapat dipisahkan.
Allah swt berfirman :
"Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang soleh dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri" (QS Fushilat : 33)
Dakwah Ikhwanul Muslimin tidaklah terbatas kepada satu bentuk atau cara tertentu, bahkan setiap anggota mesti menyeru orang sekitarnya dengan cara yang mungkin dilakukannya serta dipandangnya berkesan seperti dengan :
1. Pidato.
2. Ceramah.
3. Tulisan.
4. Dialog.
5. Diskusi biasa.
6. Perlakuan yang baik.
7. Bersikap sebagai seorang mukmin tanpa bicara.
Adalah menjadi kewajiban setiap anggota Ikhwan apabila mendatangi sesuatu rumah atau menghadapi sejumlah orang untuk meninggalkan kesan yang baik, sehingga terkenallah di kalangan Ikhwan kata-kata :
"Tanda seorang yang soleh adalah meninggalkan kesan yang baik pada setiap tempat yang didatanginya. "
Setiap anggota Ikhwan sebagai pendakwah, memberi pengaruh pada lingkungannya dengan perkataan dan amal perbuatannya.
Oleh kerana itu, sebahagian buruh, petani dan pedagang yang menjadi anggota Ikhwanul Muslimin, bila mereka berbicara tentang dakwah maka pendengar mengira mereka keluaran Al-Azhar atau Pusat Pengajian tinggi lainnya.
Ini adalah kerana pada mereka terkumpul bakat dan kepandaian serta ketrampilan berkat daripada :
2. Ceramah.
3. Tulisan.
4. Dialog.
5. Diskusi biasa.
6. Perlakuan yang baik.
7. Bersikap sebagai seorang mukmin tanpa bicara.
Adalah menjadi kewajiban setiap anggota Ikhwan apabila mendatangi sesuatu rumah atau menghadapi sejumlah orang untuk meninggalkan kesan yang baik, sehingga terkenallah di kalangan Ikhwan kata-kata :
"Tanda seorang yang soleh adalah meninggalkan kesan yang baik pada setiap tempat yang didatanginya. "
Setiap anggota Ikhwan sebagai pendakwah, memberi pengaruh pada lingkungannya dengan perkataan dan amal perbuatannya.
Oleh kerana itu, sebahagian buruh, petani dan pedagang yang menjadi anggota Ikhwanul Muslimin, bila mereka berbicara tentang dakwah maka pendengar mengira mereka keluaran Al-Azhar atau Pusat Pengajian tinggi lainnya.
Ini adalah kerana pada mereka terkumpul bakat dan kepandaian serta ketrampilan berkat daripada :
a. Latihan.
b. Tarbiyah.
c. Kemampuan rohani yang diperolehi.
d. Semangat yang dikobarkan.
Di antara perkara yang membantu Ikhwanul Muslimin untuk melakukan perbuatan yang positif dan produktif ialah unsur pentarbiyahan mereka agar benar-benar menghargai waktu dan ingin memanfaatkannya kerana setiap manusia pada hari kiamat akan ditanyakan tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya dan tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakannya?
Oleh kerana itu di antara wasiat sepuluh yang telah dikemukakan ada dua wasiat yang berhubung dengan waktu iaitu WASIAT KEDUA berbunyi :
“Bacalah Al Qur-an atau telaahlah atau dengarkanlah, atau berzikirlah kepada Allah dan janganlah engkau gunakan sebahagian waktumu untuk hal-hal yang tidak berfaedah”.
Begitu juga dengan WASIAT KESEPULUH berbunyi :
"Kewajiban sentiasa lebih banyak dari waktu yang tersedia, sebab itu bantulah orang lain untuk memanfaatkan waktunya. Jika mempunyai kepentingan, maka selesaikanlah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya."
Di antara yang paling bernilai yang ditulis oleh Imam Hasan Al-Banna ialah ucapannya yang ditulis untuk "Ruang Juma'at" dari suratkhabar pada setiap pagi Jum'at dengan judul "Waktu adalah Kehidupan" untuk membezakannya dengan perumpamaan yang masyhur "Waktu adalah Emas" dengan mengatakan :
"Sesungguhnya perumpamaan ini adalah benar menurut pandangan golongan kebendaan yang mengukur segala sesuatu dengan benda. Tetapi pada hakikatnya waktu itu lebih tinggi nilainya dari emas dan dari segala benda berharga lainnya kerana emas bila habis dapat diganti, sedangkan waktu bila berlalu tidak dapat dijangkau kembali. Waktu itu pada hakikatnya adalah kehidupan. Bukankah kehidupan manusia itu hanya waktu yang dihabiskannya sejak lahir sampai mati?"
Di antara yang dicantumkannya dalam catatannya, bahawa salah seorang gurunya berkata kepadanya dan kepada sebahagian rakan-rakannya :
"Sesungguhnya saya mempunyai firasat bahawa Allah akan mempersatukan hatimu dan menjadikan ramai manusia bergabung dengan kamu. Ketahuilah bahawa Allah akan bertanya kepadamu tentang waktu mereka yang menggabungkan diri kepadamu, apakah kamu membuat mereka memanfaatkan waktunya sehingga berfaedah bagi mereka dan bagi kamu atau waktunya berlalu dengan percuma sehingga mereka dan kamu mendapat siksa?!"
Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin ketika mereka dipenjarakan setelah jamaah mereka dibubarkan pada bulan Disember 1948 dan sesudah pertemuan yang terkenal di daerah ketenteraan "Fayad" di antara duta-duta Inggeris, Amerika dan Perancis di mana mereka mampu mengubah tempat tahanan mereka yang terbesar di gurun Sinai menjadi :
1. Masjid untuk beribadah.
2. Madrasah untuk belajar.
3. Tempat pertemuan untuk berdiskusi.
4. Asrama untuk latihan.
5. Parlimen untuk bermesyuarat.
Secara berseloroh mereka mengatakan :
Gurun Sinai adalah perkhemahan tetap bagi Ikhwanul Muslimin selama tahun 1949. Perjalanan, pembiayaan, tempat tinggal dan pelaksanaan tugas-tugas semuanya dibiayai oleh pemerintah Mesir!!
Perkara ini terjalin dalam sebahagian dari sebuah qasidah yang mereka ucapkan dalam perayaan Ikhwanul Muslimin yang diadakan di lapangan Siti Zainab tahun 1950 setelah mereka kembali dari tempat-tempat tahanan Sinai, di antaranya :
"Kata mereka : ke penjara, kata kami : satu kesempatan terbuka,
Kami dapat berkumpul pada jalan Allah sebagai saudara,
Kata mereka: ke Thursina, kata kami : Thursina tempat berkongres,
Kami tetapkan berbagai rancangan, yang menakutkan musuh,
Inilah Thursina, mereka ingin kami menjadi hancur lebur padanya,
Tetapi Tuhanmu menghendaki iman kami semakin teguh adanya."
Pihak pemerintah mengambil manfaat dari pengalaman ini. Mereka berusaha sungguh-sungguh supaya Ikhwanul Muslimin selama tinggal di kem atau di penjara tidak mendapat kesempatan untuk berdakwah atau untuk kebebasan diri mereka.
Penahanan tahun 1954 dalam penjara tentera dengan pintu sel terkunci rapat yang tidak dibuka kecuali beberapa minit dalam sehari semalam untuk memasukkan air, di mana cemeti menjilat-jilat belakang tubuh mereka dan tidak dibenarkan berkumpul, walaupun untuk solat, sebagaimana tidak dibenarkan membaca kitab walaupun Al-Qur'an.
Dalam pada itu sel-sel berubah menjadi kelompok-kelompok zikir, tasbih dan tadarus perlahan-lahan tatkala ada kesempatan di mana cemeti penyiksaan tidak berbicara.
Sebahagian anggota Ihkwan yang dipindahkan ke asrama tentera "Al-Mahariq" dalam beberapa kes menceritakan bagaimana mereka telah merubah daerah itu dalam waktu yang singkat dari tanah kering tandus menjadi kebun tanam-tanaman dan buah-buahan yang manfaatnya dapat dikecap oleh askar dan tentera serta orang-orang di sekitarnya.
Ketika mereka dikunjungi oleh sebahagian tokoh pemerintah dan di antaranya tukang pukul, Hamzah Al-Basiyuni yang masyhur itu, mereka terkejut dengan apa yang mereka saksikan.
Perkara itu sangat menyakitkan hati dan menjadikan mereka marah kerana melihat pada orang-orang yang menjalani hukuman itu masih :
b. Tarbiyah.
c. Kemampuan rohani yang diperolehi.
d. Semangat yang dikobarkan.
Di antara perkara yang membantu Ikhwanul Muslimin untuk melakukan perbuatan yang positif dan produktif ialah unsur pentarbiyahan mereka agar benar-benar menghargai waktu dan ingin memanfaatkannya kerana setiap manusia pada hari kiamat akan ditanyakan tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya dan tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakannya?
Oleh kerana itu di antara wasiat sepuluh yang telah dikemukakan ada dua wasiat yang berhubung dengan waktu iaitu WASIAT KEDUA berbunyi :
“Bacalah Al Qur-an atau telaahlah atau dengarkanlah, atau berzikirlah kepada Allah dan janganlah engkau gunakan sebahagian waktumu untuk hal-hal yang tidak berfaedah”.
Begitu juga dengan WASIAT KESEPULUH berbunyi :
"Kewajiban sentiasa lebih banyak dari waktu yang tersedia, sebab itu bantulah orang lain untuk memanfaatkan waktunya. Jika mempunyai kepentingan, maka selesaikanlah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya."
Di antara yang paling bernilai yang ditulis oleh Imam Hasan Al-Banna ialah ucapannya yang ditulis untuk "Ruang Juma'at" dari suratkhabar pada setiap pagi Jum'at dengan judul "Waktu adalah Kehidupan" untuk membezakannya dengan perumpamaan yang masyhur "Waktu adalah Emas" dengan mengatakan :
"Sesungguhnya perumpamaan ini adalah benar menurut pandangan golongan kebendaan yang mengukur segala sesuatu dengan benda. Tetapi pada hakikatnya waktu itu lebih tinggi nilainya dari emas dan dari segala benda berharga lainnya kerana emas bila habis dapat diganti, sedangkan waktu bila berlalu tidak dapat dijangkau kembali. Waktu itu pada hakikatnya adalah kehidupan. Bukankah kehidupan manusia itu hanya waktu yang dihabiskannya sejak lahir sampai mati?"
Di antara yang dicantumkannya dalam catatannya, bahawa salah seorang gurunya berkata kepadanya dan kepada sebahagian rakan-rakannya :
"Sesungguhnya saya mempunyai firasat bahawa Allah akan mempersatukan hatimu dan menjadikan ramai manusia bergabung dengan kamu. Ketahuilah bahawa Allah akan bertanya kepadamu tentang waktu mereka yang menggabungkan diri kepadamu, apakah kamu membuat mereka memanfaatkan waktunya sehingga berfaedah bagi mereka dan bagi kamu atau waktunya berlalu dengan percuma sehingga mereka dan kamu mendapat siksa?!"
Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin ketika mereka dipenjarakan setelah jamaah mereka dibubarkan pada bulan Disember 1948 dan sesudah pertemuan yang terkenal di daerah ketenteraan "Fayad" di antara duta-duta Inggeris, Amerika dan Perancis di mana mereka mampu mengubah tempat tahanan mereka yang terbesar di gurun Sinai menjadi :
1. Masjid untuk beribadah.
2. Madrasah untuk belajar.
3. Tempat pertemuan untuk berdiskusi.
4. Asrama untuk latihan.
5. Parlimen untuk bermesyuarat.
Secara berseloroh mereka mengatakan :
Gurun Sinai adalah perkhemahan tetap bagi Ikhwanul Muslimin selama tahun 1949. Perjalanan, pembiayaan, tempat tinggal dan pelaksanaan tugas-tugas semuanya dibiayai oleh pemerintah Mesir!!
Perkara ini terjalin dalam sebahagian dari sebuah qasidah yang mereka ucapkan dalam perayaan Ikhwanul Muslimin yang diadakan di lapangan Siti Zainab tahun 1950 setelah mereka kembali dari tempat-tempat tahanan Sinai, di antaranya :
"Kata mereka : ke penjara, kata kami : satu kesempatan terbuka,
Kami dapat berkumpul pada jalan Allah sebagai saudara,
Kata mereka: ke Thursina, kata kami : Thursina tempat berkongres,
Kami tetapkan berbagai rancangan, yang menakutkan musuh,
Inilah Thursina, mereka ingin kami menjadi hancur lebur padanya,
Tetapi Tuhanmu menghendaki iman kami semakin teguh adanya."
Pihak pemerintah mengambil manfaat dari pengalaman ini. Mereka berusaha sungguh-sungguh supaya Ikhwanul Muslimin selama tinggal di kem atau di penjara tidak mendapat kesempatan untuk berdakwah atau untuk kebebasan diri mereka.
Penahanan tahun 1954 dalam penjara tentera dengan pintu sel terkunci rapat yang tidak dibuka kecuali beberapa minit dalam sehari semalam untuk memasukkan air, di mana cemeti menjilat-jilat belakang tubuh mereka dan tidak dibenarkan berkumpul, walaupun untuk solat, sebagaimana tidak dibenarkan membaca kitab walaupun Al-Qur'an.
Dalam pada itu sel-sel berubah menjadi kelompok-kelompok zikir, tasbih dan tadarus perlahan-lahan tatkala ada kesempatan di mana cemeti penyiksaan tidak berbicara.
Sebahagian anggota Ihkwan yang dipindahkan ke asrama tentera "Al-Mahariq" dalam beberapa kes menceritakan bagaimana mereka telah merubah daerah itu dalam waktu yang singkat dari tanah kering tandus menjadi kebun tanam-tanaman dan buah-buahan yang manfaatnya dapat dikecap oleh askar dan tentera serta orang-orang di sekitarnya.
Ketika mereka dikunjungi oleh sebahagian tokoh pemerintah dan di antaranya tukang pukul, Hamzah Al-Basiyuni yang masyhur itu, mereka terkejut dengan apa yang mereka saksikan.
Perkara itu sangat menyakitkan hati dan menjadikan mereka marah kerana melihat pada orang-orang yang menjalani hukuman itu masih :
a. Ada kemahuan bekerja.
b. Bersikap produktif.
Lalu
mereka memerintahkan supaya semua itu dihancurkan dan dibangunkan
sebuah penjara yang kuat untuk menghalangi mereka dari melakukan
pekerjaan untuk kehidupan.
Demikianlah yang dikehendaki oleh Imam Hasan Al-Banna bagi dakwah dan gerakannya, iaitu dakwah untuk :
Demikianlah yang dikehendaki oleh Imam Hasan Al-Banna bagi dakwah dan gerakannya, iaitu dakwah untuk :
- Beramal.
- Membangun.
- Mengeluarkan hasil.
Tidaklah
beliau menghendaki dakwahnya semata-mata sebagai gerakan akademik atau
falsafah yang berangan-angan untuk menubuhkan sebuah negara ‘Republik Plato’ atau negara ‘Al-Farabi’, meskipun di dalamnya terdapat segudang kefahaman, pemikiran dan ilmu.
Begitu pula beliau tidak menghendaki bagi jamaahnya untuk menjadi kelompok diskusi di mana anggota-anggotanya tenggelam dalam diskusi ala ‘Byzantium’ yang dominan terhadap sebahagian golongan agama dan bangsa-bangsa pada masa-masa kelemahan dan kemunduran pemerintahan mereka.
Beliau banyak memperingatkan supaya menjauhi diskusi yang tidak berguna dan perdebatan yang tidak bermanfaat serta mengulang-ngulang hadith berikut :
"Tidaklah akan menjadi sesat sesuatu kaum setelah mereka mendapat petunjuk, kecuali bila mereka telah mementingkan perdebatan dan pertengkaran. "
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang bekerja sehingga hasil kerja kami melebihi dari ucapan dan pembicaraan kami. Kuatkanlah kami dengan bekalan iman dan taqwa sehingga kami mampu beramal, membangun diri kami dan mereka yang di sekitar kami serta menjadi anasir-anasir yang produktif. Bantulah dakwah ini sehingga cahayanya akan bersinar kembali menerangi jiwa-jiwa manusia bagi membangunkan semula masyarakat yang tunduk dan menghamba-abdikan diri semata-mata kepadaMu, Tuhan Yang Maha Gagah Perkasa.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
http://tinta-perjalananku.blogspot.com/Begitu pula beliau tidak menghendaki bagi jamaahnya untuk menjadi kelompok diskusi di mana anggota-anggotanya tenggelam dalam diskusi ala ‘Byzantium’ yang dominan terhadap sebahagian golongan agama dan bangsa-bangsa pada masa-masa kelemahan dan kemunduran pemerintahan mereka.
Beliau banyak memperingatkan supaya menjauhi diskusi yang tidak berguna dan perdebatan yang tidak bermanfaat serta mengulang-ngulang hadith berikut :
"Tidaklah akan menjadi sesat sesuatu kaum setelah mereka mendapat petunjuk, kecuali bila mereka telah mementingkan perdebatan dan pertengkaran. "
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang bekerja sehingga hasil kerja kami melebihi dari ucapan dan pembicaraan kami. Kuatkanlah kami dengan bekalan iman dan taqwa sehingga kami mampu beramal, membangun diri kami dan mereka yang di sekitar kami serta menjadi anasir-anasir yang produktif. Bantulah dakwah ini sehingga cahayanya akan bersinar kembali menerangi jiwa-jiwa manusia bagi membangunkan semula masyarakat yang tunduk dan menghamba-abdikan diri semata-mata kepadaMu, Tuhan Yang Maha Gagah Perkasa.
Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
QODHOYA ASASIYAH ‘ALA THORIQ AL-DA’WAH (ISU MENDASAR (ASAS DAN POKOK) DI ATAS JALAN DAKWAH)
(diedit oleh SMHI)
Da’wah dan Qodhoya Asasiyah
Jalan da’wah adalah jalan yang satu, jalan yang telah
dilalui oleh para Nabi dan Rasul Allah. Setiap du’at wajib memahami berbagai
Qodhoya Asasiyah (isu-isu mendasar) di sekitar persoalan jalan da’wah, untuk
menjaga keselamatannya di sepanjang perjalanan, dan agar ia sampai tujuan dengan
selamat, samada memperoleh kemenangan ataupun memperoleh syahid (Imma nasru waimma
as-syahadah)
Isu-Isu Mendasar di Jalan Da’wah
·
Ar-Ru’yatu Al Wadihah ( Pandangan Yang Jelas )
·
Al-Istimroriyah ( Kesinambungan )
·
An-Namwu wa Al Quwwah ( Pertumbuhan dan Kekuatan )
·
Al-Muhafatazhatu ‘ala Al-Asholah ( Memelihara Keaslian )
·
At-Takhtithu wa At-Tathwir ( Perencanaan dan Pengembangan
)
·
Jam’u Kalimatil-Muslimin ( Kesatuan Pandangan Kaum
Muslimin )
·
Al-‘Amalu Fi Majalid-Da’wah ( Bekerja Dalam Lapangan Da’wah
)
·
At-Taurits wa At-Tuhamu Al-Ajyal ( Pewarisan dan Penyambungan
generasi )
Isu Pertama : Ar-Ru’yatu Al
Wadihah ( Pandangan Yang Jelas )
· Pentingnya bagi setiap aktivis da’wah memahami Ahdaf
(sasaran) Da’wah dan Karakteristik jalan yang akan dilaluinya.
· Salah satu Hadafud-Da’wah yang penting adalah Tegaknya
Khilafah Islamiyah ‘Alamiyah
·
Tugas kekhalifahan (mandataris) Allah bagi manusia di
muka bumi (QS 2:30)
· Hadits tentang periodesasi kekhalifahan (periode ;
Nubuwwah, Khilafah ‘ala Minhajin-Nubuwwah, Mulkan A’dhan, Mulkan Jabbariyan,
dan kembali berulangnya periode Khilafah ‘ala Minhajin-Nubuwwah)
·
Kaidah Ushul : Kullu ma la yatimmul wajib illaa bihi
fahuwa wajib
· Sesuai dengan jarak antara realiti kehidupan di satu sisi
dengan sasaran da’wah yang ingin dicapai di sisi lain, maka di antara
Karakteristik Jalan Da’wah yang penting dipahami oleh setiap du’at adalah :
· Volume problem yang dihadapi sedemikian banyak &
luas, dan waktu yang diperlukan untuk mengatasinya sedemikian panjang,
sementara kapasitas dan umur kita terbatas (konsekuensinya pada persiapan yang
matang, tekad yang kuat, kesabaran yang tinggi, keikhlashan yang penuh,
kesiapan untuk menyambungkan tongkat estafet da’wah dari generasi ke generasi
dsb.)
·
Banyak orang yang tidak senang dengan aktivitas da’wah
ini karena hawa nafsu dan tipu daya syaithan. Sunnatullah berupa mihnah,
ibtila’ dan fitnah yang dihadapi para Nabi & Rosul Allah merupakan “satu
paket” dalam perjalanan da’wah ini (konsekuensinya pada kewaspadaan yang
tinggi, kesabaran yang kokoh, dll.)
· Bahayanya kesalahan dalam memahammi Ahdafud Da’wah dan
Karakteristik Jalan yang harus dilalui adalah :
·
Aspek Fikriyah : Terjebak pada pola pemikiran Takfir
·
Aspek Harakiyah : Isti’jal, Tambal Sulam, Fragmentaris
·
Aspek Syakhshiyah : Cenderung bersifat Politis dan
Mengabaikan Tarbiyah
· Pentingnya memahami dan berinteraksi secara intensif,
menyeluruh dan seimbang dengan 10 rukun bai’at : al-Fahmu, al-Ikhlash,
al-‘Amal, al-Jihad, at-Tadhhiyah, ath-Tho’ah, ats-Tsabat, at-Tajarrud,
al-Ukhuwwah, dan ats-Tsiqoh
Isu Kedua :
Al-Istimroriyah ( Kesinambungan)
· Istimroriyah dalam da’wah adalah salah satu tuntutan yang
harus dipenuhi sebagai konsekuensi dari karakteristik jalan da’wah yang panjang
·
Problem Istimroriyah dalam da’wah boleh bersifat internal
maupun eksternal
· Perbekalan yang penting disiapkan oleh setiap du’at dalam
memelihara istimroriyah ini antara lain adalah :
·
Tarbiyah Peribadi (Syakhshiyah) yang seimbang antara
aspek Ruh, ‘Aqal dan Jasmani
·
Membangun dan memelihara Ukhuwwah (Ta’aruf, Tafahum,
Ta’awwun, Takaful)
·
Merapatkan saf para du’at dengan ‘amal jama’i
Isu Ketiga : An-Namwu wa Al
Quwwah ( Pertumbuhan dan Kekuatan )
·
Istimroriyah (yang statis) saja belum cukup di dalam
harakah yang dinamis. Ahdafud-Da’wah yang luas menuntut adanya pertumbuhan dan
kekuatan dalam kesinambungan.
· Pertumbuhan da’wah adalah bersifat horizontal (manuver
dan penambahan kuantitas afrad du’at dan wilayah yang menyeluruh / ‘alamiyah)
dan vertikal (peningkatan mustawa afrad du’at dari sisi kualitas individu,
keluarga dan komunal).
· Yang penting dipahami dalam aspek pertumbuhan ini adalah
bahwa prosesnya bersifat tadarruj (bertahap) tidak seketika / tergesa-gesa, dan
bahwa komposisi mujtama’ muslim yang ideal tidaklah mengharuskan seluruhnya
berkualitas teladan dan utuh. Cukuplah sejumlah individu dan keluarga muslim
yang ideal ditambah masyarakat yang responsif partisipatif terhadap da’wah
Islam.
· Aspek kekuatan merupakan tuntutan yang mengiringi aspek
pertumbuhan, yang meliputi kekuatan ‘Aqidah, Wihdah (persatuan), dan Silah
(sarana ; Ilmu, Fisik, Dana, Senjata, Publikasi, dsb.)
·
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam memperkokoh
kekuatan adalah :
·
Irodah Qowiyyah (kehendak dalaman yang sangat kuat)
·
Wafa’ Tsabit (kesetiaan yang tetap)
·
Tadhkhiyyah ‘Azizah (pengorbanan yang perkasa)
·
Ma’rifatul Mabda’ (memahami dengan mendalam akan prinsip
perjuangan)
Isu Keempat :
Al-Muhafatazhatu ‘ala Al-Asholah ( Memelihara
Keaslian)
· Memelihara Keaslian merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan agar kesinambungan, pertumbuhandan kekuatan tidak menjadi
kehilangan arah dan keluar dari rute perjalanan yang sebenarnya
· Problem Internal (‘aqidah, fikriyah, akhlaqiyah,
ukhuwwah, iqtishodiyah, dll) dan eksternal (ghozwul fikri, ghozwul askari, fitnah,
dll) menuntut setiap du’at senantiasa terikat pada asholahnya (akar konsep
rujukannya, manifestasi dari syahadatainnya, yakni Kitabullah dan Sunnah
beserta Siroh Rosulullah saw).
· Di antara bahaya mengabaikan pemeliharaan asholah ini
adalah lahirnya bentuk-bentuk pemahaman dan aktivitas yang bersifat juz’iyah
(partial), mengutamakan satu hal dan mengabaikan hal-hal penting lainnya.
Isu Kelima : At-Takhtithu wa At-Tathwir ( Perencanaan dan Pengembangan )
·
Upaya pencapaian Ahdafud Da’wah yang luas menuntut adanya
takhthith (perencanaan) yang teliti dan seksama, tidak asal-asalan, tidak spontan
dan hanya tindak balas semata
· Pentingnya dipahami bahwa perencanaan tidaklah
bertentangan dengan keyakinan akan taqdir Allah, karena perencanaan juga
disyari’atkan oleh Allah (QS 59:18). Tawakkal adalah mempergunakan seluruh
sebab dan kemudian menyerahkan keputusannya pada Allah.
· Perencanaan yang baik memperhatikan, menginventarisir,
menghimpun berbagai potensi, faslitas, keahlian individu, dan mengarahkan,
mendayagunakan dan memanfaatkannya secara optimal untuk mendukung pencapaian
sasaran-sasaran da’wah.
· Perencanaan yang baik memperhatikan berbagai faktor
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan berbagai sunnah kauniyah lainnya
sehingga akan membuat khiththah da’wah berjalan secara waqi’I (realistis) dan
praktis, tidak bersifat nazhari (teoritis) yang khayali / jauh dari kenyataan.
·
Aspek pengembangan dan pembaharuan sangat penting dan
berpengaruh dalam proses da’wah Islam. Setiap du’at dapat memanfaatkan setiap
penemuan-penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung
sarana da’wahnya. Bersikap statis dan menolak perkembangan iptek merupakan
kekeliruan yang mesti segera diluruskan karena akan merugikan da’wah sendiri.
Isu
Keenam : Jam’u Kalimatil-Muslimin (Kesatuan Pandangan Kaum Muslimin )
· Kesatuan adalah qodhiyah paling penting dalam ‘amal jama’i.
Tanpa persatuan dan kesatuan boleh dikatakan hampir mustahil dapat mewujudkan
sasaran-sasarannya.
·
Diantara Kaidah Utama di dalam memelihara persatuan di
antara kaum muslimin dan mengoptimalkan kerja berbagai gerakan da’wah Islam
adalah ungkapan : “Mari kita bekerja sama dalam hal-hal yang disepakati, dan
Tasamuh (tolerans) dalam hal-hal yang tidak / belum disepakati”.
Isu Ketujuh : Al-‘Amal Fi Majalid-Da’wah ( Bekerja Dalam
Lapangan Da’wah )
· Yang dimaksud dengan ‘amal fi majalid da’wah mencakup aktiviti
penanaman iman yang teguh, pembentukan yang cermat dan kerja yang
berkesinambungan
·
Setiap du’at hendaknya lebih mementingkan segi ‘amaliyah
daripada di’ayah propaganda kosong, dan hendaknya setiap du’at siap untuk
menjadi orang yang teruji dengan ‘amal.
·
Perbedaan bentuk kontribusi ‘amaliyah dalam da’wah
hendaknya dipahami dalam konteks ‘amal jama’i. Keseimbangan dalam beramal juga
mutlak diperlukan.
· Yang penting diperhatikan adalah landasan yang memotivasi
dalam ber’amal yakni ‘ibadah (kepada Allah) dan dalam rangka memberikan
kemanfaatan (langsung maupun tak langsung) bagi kemashlahatan umum (manusia,
alam semesta dan segenap isinya).
Isu Kelapan
: At-Taurits wa At-Tuhamu Al-Ajyal ( Pewarisan dan Penyambungan generasi )
·
Pewarisan dan Regenerasi merupakan salah satu konsekuensi
dari luasnya sasaran da’wah yang akan dicapai, yang mana pencapaiannya tidak
cukup hanya melalui upaya satu generasi (boleh jadi diperlukankan beberapa
generasi yang secara berkesinambungan berupaya melaksanakan ‘amaliyah-‘amaliyah
da’wah untuk tercapainya sasaran tersebut).
· Yang penting dipahami adalah bahwa pewarisan tidak akan
berjalan mulus hanya dengan buku dan risalah-risalah.
· Diperlukan mu’ayasyah (pergaulan dan perbincangan) yang
intensif antara generasi, sebab dengan keteladanan yang langsung akan
melahirkan kesatuan hati, persenyawaan dan kecintaan yang tulus, sebagai landasan
yang utama dalam proses penyambungan atau pembinaan generasi.
Saturday, February 11, 2012
Risalah Mursyid: Rasulullah Qudwah dan teladan
Risalah
daripada Prof. Dr. Mohammed Badi’ Mursyid Am Ikhwanul Muslimin
2/2/2012.
Segala
puji bagi Allah, selawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat
dan orang-orang yang mengikutnya sehingga hari kiamat .. Selepasnya:
Sesungguhnya
telah datang seorang Rasul yang membawa agama agung yang mendaulatkan keadilan,
menyebarkan kerahmatan, mewujudkan kesamarataan, menghapuskan ketidakadilan,
menghancurkan penyimpangan kuasa dan mengasaskan umat agung yang mengajar
manusia prinsip-prinsip kebebasan dan persaudaraan .. Dan buat pertama kali dalam sejarah manusia
berada dalam keadilan, kesamarataan dan kerahmatan .. Tanpa diskriminasi kepada warna, bangsa,
kelas atau kepercayaan:
“Dan tiadalah Kami mengutuskan engkau (wahai
Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.” (Al-Anbiya’: 105).
Allah
SWT telah menggabungkan dua sifat daripada nama-namaNya kepada Rasulullah iaitu
ar-Raof (belas kasihan) dan ar-Rahim (kasih sayang). Allah SWT telah berfirman
(bermaksud):
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu
seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (iaitu Muhammad saw), yang menjadi
sangat berat kepadanya sebarang kesusahan yang ditanggung oleh kamu, yang
sangat menginginkan kebaikan bagi kamu, (dan) ia pula menumpahkan perasaan
belas serta kasih sayangnya kepada orang-orang yang beriman.” (At-Taubah: 128).
Jelasnya
Nabi Muhammad saw tidak meninggalkan dinar dan dirham untuk diwarisi .. Tetapi mewariskan kepada kita satu amanah
kehidupan seluruhnya, iaitu "Islam" dan meninggalkan kepada kita satu
hujah sehingga hari kiamat, iaitu "Al-Quran". Al-Quran merupakan tali
Allah yang memanjang dari langit ke bumi, sebahagian ada pada kita dan
sebahagian ada di tangan Allah yang akan memberikan kepada orang yang berpegang
dengannya kerana hanya Allah yang akan memudahkan jalan kepadaNya dan berpegang kepada simpulan (agama) yang teguh
yang tidak akan putus. Di samping itu Rasulullah telah meninggalkan kita
sunnahnya sebagai manhaj amali dalam semua aspek kehidupan. Sesiapa yang
mengikutinya akan selamat daripada kesesatan kepada petunjuk, hidup berbahagia
dan memenangi syurga. Daripada Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw telah
bersabda (bermaksud):
"Sesungguhnya
aku tinggalkan kepada kamu (dua perkara) yang pasti kamu tidak akan sesat
selama-lamanya selagi kamu mengambil keduanya atau mengamalkan keduanya; Kitab
Allah dan Sunnahku,
kedua pusaka ini tidak berpisah sehingga didatangkan Haudh kepadaku (sampai
kiamat)." (HR. Tirmizi).
Dakwah
kita adalah tertakluk kepada dua pusaka yang agung ini dan sejarah hidup para
salafussoleh yang diberkati Allah. Imam al-Banna rahimahullah pernah
mengungkapkan: “Dakwah kita adalah Islam itu sendiri, merangkumi seluruh aspek
yang terkandung dalam istilah Islam itu sendiri. Fahamilah kandungan Islam ini.
Cuma fahaman anda ini mestilah berlandaskan Kitab Allah, sunnah Rasul dan
sejarah para salafussoleh. Kitab Allah merupakan asas dan landasan kepada
Islam. Sunnah Rasul pula menjadi pentafsir kepada Kitab Allah. Sementara
sejarah hidup salafussoleh menjadi pelaksana kepada segala perintah dan segala
ajarannya merupakan contoh praktikal kepada segala perintah dan ajaran ini.”
"Dan
apabila dikatakan kepada anda: Apakah dakwah anda?.. Katakanlah: Dakwah kami
adalah menyeru kepada Islam sepertimana yang telah dibawa oleh Muhammad,
kerajaan yang merupakan sebahagian daripada dakwah, dan kemerdekaan yang
merupakan antara kewajipan Islam .."
Rasul contoh terbaik
Diantara
kaedah tarbiah yang paling berkesan ke dalam jiwa ialah tarbiah melalui qudwah
dan contoh teladan:
“Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada
diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik, iaitu bagi orang yang sentiasa
mengharapkan (keredaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat, serta ia pula
menyebut dan mengingati Allah banyak-banyak (dalam masa susah dan senang).” (Al-Ahzab: 21).
Sejarah
hidup Nabi dan pendekatan beliau merupakan sebaik-baik “madrasah” untuk para
penguasa, semua ahli politik, setiap guru, setiap suami dan setiap bapa. Beliau
adalah contoh manusia sempurna dan lengkap untuk semua orang yang ingin menjadi
manusia sempurna dalam bentuk yang terbaik. Kemudian slogan kita sejak awal
dakwah, "Rasul ikutan kami" dan kemudian "Ikhwan Muslimun"
tidak melaungkan sorakan nama seseorang pemimpin selain daripada nabi. Sorakan
mereka hanyalah "Rasulullah pemimpin kami". Orang Islam tidak akan
memperolehi cinta Allah melainkan mengikut petunjuk Rasulullah saw. Firman
Allah yang bermaksud:
“Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika benar
kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, nescaya Allah mengasihi kamu serta
mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha
Mengasihani”. (Ali-Imran: 31),
..
hinggakan ketika beberapa orang anggota Ikhwan melaungkan nama ustaz al-Banna dalam
satu majlis beliau begitu marah dan menegah daripada berulang dalam apa jua
keadaan.
Oleh
sebab itu, umat Islam mestilah mengikut dan mencontohi Rasulullah dan berakhlak
dengan akhlak Al-Quran kerana "Akhlak Nabi adalah al-Quran". Dengan
cara ini mereka telah dihiasi dengan budi pekerti mulia dan akhlak terpuji.
Sabda Rasulullah saw bermaksud:
"Sesungguhnya
aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang baik"
Allah SWT telah memuji akhlak baginda. FirmanNya yang
bermaksud:
“Dan bahawa sesungguhnya engkau mempunyai
akhlak yang amat mulia.” (Al-Qalam: 4).
Gambaran kehidupan Nabi akan menerangi jalan
untuk kita
Jelasnya
umat Arab yang Islam dan dunia Islam memerlukan cahaya yang bersumber daripada
petunjuk Nabi, yang akan menghilangkan kegelapan yang telah menutupi mereka,
serta memunculkan fajar kebebasan, menyinarkan pancaran keadilan dan melahirkan
kemuliaan dan ketinggian bagi umat kita. Inilah beberapa situasi tarbawi
daripada kehidupan Rasulullah saw:
Cara baginda menangani peristiwa meletakkan
Hajar al-Aswad:
Di
saat berlaku perebutan antara puak-puak Quraisy tentang siapakah yang berhak
meletakkan Hajar al-Aswad, lalu mereka bersetuju untuk melantik orang yang
pertama masuk di kalangan Bani Hashim dari pintu Bani Syaibah sebagai hakim.
Justeru, Nabi Muhammad adalah orang pertama masuk. Mereka berkata: “Ini adalah
Muhammad. Beliau seorang yang jujur dan amanah, kami rela dengannya.” Lalu
mereka melantiknya. Baginda telah menghamparkan kain jubahnya dan meletakkan
batu di atasnya, kemudian mengarahkan ketua daripada keempat-empat puak supaya
memegang penjuru kain itu dan mengangkatnya ke atas. Akhirnya baginda yang
memindahkan Hajar Aswad dengan tangannya yang diberkati dan meletakkan
ditempatnya.
Mereka
berpuas hati dengan ketelusan dan kejujurannya. Bagindalah yang akan memuaskan
hati semua puak dan akan menjatuhkan hukuman dengan adil.
Kita
pada hari ini perlu bersikap telus dengan orang dalam kata-kata dan tindakan.
Kita hendaklah menjadi seorang yang amanah dalam menjaga kepentingan rakyat dan
menitik beratkan soal keadilan. Tiada tempat lagi bagi orang yang berdusta kepada
rakyat. Tiada lagi orang yang suka selepas hari ini terhadap mereka yang
mengkhianati amanah kerana rakyat telah memilih mereka untuk menunaikan amanah
ini .. Atau menyimpang dalam pemerintahannya, atau menindas orang-orang mereka
sendiri atau membiarkan hak-hak rakyat mereka.
Kita
mestilah menjalankan dasar politik kesepakatan antara pelbagai puak, dan
bekerja untuk menyatukan barisannya sebagai asas pertama untuk pembangunan umat
pada awal pembinaan negara.
Membawa kebaikan untuk manusia:
Islam
menyeru kepada berbuat baik dan melakukan kebajikan kepada manusia. Ini adalah
salah satu sifat Nabi; di mana Saidatina Khadijah ra telah menggambarkan sifat
baginda:
"Sekali-kali tidak. Bergembiralah. Allah
sekali-kali tidak akan mengsengsarakan engkau, kerana engkau seorang yang
menghubungkan silaturrahim, engkau benar dalam berkata-kata, engkau memberi
makan orang yang kelaparan, engkau melayani tetamu dan engkau menolong orang
dalam perkara yang baik.”
Ini
sebahagian daripada sifat beliau sebelum dibangkitkan menjadi Rasul. Beliau
mempersembahkan kebaikan kepada masyarakat di mana beliau hidup. Apabila Nabi
berhijrah perkara pertama yang diungkapkan ialah:
"Wahai
orang-orang yang beriman, sebarkanlah salam, berilah makan, hubungkanlah
silaturrahim, tunaikanlah solat pada waktu malam pada ketika orang sedang
tidur, nescaya anda akan masuk syurga dalam keadaan aman."
Jadi,
orang Islam hendaklah mengambil berat terhadap ciri-ciri ini, kerana ia dapat
menyebarkan kesejahteraan, memasukkan kegembiraan ke dalam hati manusia dan
memenuhi keperluan mereka, mengukuhkan perhubungan dan perpaduan di kalangan
orang Islam, mengeratkan hubungan dengan Allah terutama di tengah-tengah malam
.. mahupun melindungi mereka daripada perpecahan dan konflik
yang membawa kepada kegagalan.
Umat
kita sangat perlu kepadanya pada saat kritikal ini. Pintu-pintu kebaikan
terlalu luas, dengan menggembling usaha-usaha golongan ikhlas yang cintakan
negara dan bekerja ke arah kebangkitan dan kemajuan .. serta membuat kebajikan kepada manusia tanpa
sebarang perbezaan. Menurut kitab Tafsir ar-Razi tentang tafsiran ayat ini:
“Tidaklah engkau diwajibkan (wahai Muhammad)
menjadikan mereka (yang kafir) mendapat petunjuk”. (Al-Baqarah: 272).
Tidaklah
engkau wahai Muhammad boleh menjadikan orang-orang yang lemah mendapat petunjuk
sehingga engkau ingin melarang mereka bersedekah supaya mereka masuk ke dalam
Islam. Oleh itu, terimalah sedekah mereka kerana Allah, sesuai dengan ayat
(bermaksud):
“Allah tidak melarang kamu daripada berbuat
baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tidak memerangi kamu kerana ugama
(kamu), dan tidak mengeluarkan kamu dari kampung halaman kamu; sesungguhnya
Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah: 8).
Galakan supaya tsabat dan menyebarkan
harapan:
Dari
sunah nabi yang tsabit berlaku pertembungan antara kebenaran dan kebatilan,
ujian dan pembersihan ke atas pendokong kebenaran, tetapi kemenangan berjaya
diraih dalam pusingan terakhir. Mereka terus teguh di atas kebenaran. Mereka
sentiasa yakin bahawa Allah akan meneguhkan kedudukan mereka dan menghilangkan
ketakutan mereka serta memberikan keamanan kepada tanah air mereka. Firman
Allah SWT bermaksud:
“Allah menjanjikan orang yang beriman dan
beramal soleh dari kalangan kamu (wahai umat Muhammad) bahawa Ia akan
menjadikan mereka khalifah-khalifah yang memegang kuasa pemerintahan di bumi, sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang
yang sebelum mereka khalifah-khalifah yang berkuasa; dan Ia akan menguatkan dan
mengembangkan agama mereka (agama Islam) yang telah diredhaiNya untuk mereka;
dan Ia juga akan menggantikan bagi mereka keamanan setelah mereka mengalami
ketakutan (dari ancaman musuh).” (An-Nur: 55).
Dari Abi Abdullah
Khabbab bin al Arat ra telah berkata: "Kami telah mengadu
kepada Rasulullah saw pada waktu Baginda sedang berbaring di bawah naungan
Kaabah berbantalkan serban. Maka kami bertanya, apakah Tuan tidak berdoa
memohon kemenangan bagi pihak kita? Adakah tidak Tuan berdoa bagi pihak kita? Maka
bersabda Rasulullah saw:
"Sesungguhnya
orang sebelum kamu ada yang ditangkap, lantas digali lubang lalu ia ditanam di
dalamnya, kemudian ada yang digergaji kepalanya sehingga terbelah dua dan
disikat badannya dengan sikat besi sehingga meluruhkan daging dan tulangnya,
namun demikian itu tidak memalingkan ia dari agamanya. Demi Allah, Allah pasti
akan menyempurnakan urusan ini (Islam) sehinggalah musafir dari Sana'a ke
Hadhramaut tidak lagi takut melainkan hanya kepada Allah, akan tetapi kamu
adalah golongan yang gopoh".
(HR al-Bukhari).
Berdasarkan
pemahaman ini salah seorang anggota Ikhwan yang sedang menanti giliran untuk
disiksa di dalam penjara mengulang-ulang ayat (bermaksud):
“Inilah yang telah dijanjikan Allah dan
RasulNya kepada kami dan benarlah (apa yang telah dijanjikan) Allah dan RasulNya”.
Dan (angkatan tentera musuh yang mereka lihat) itu tidak memberi sebarang kesan
kepada mereka selain daripada menambahkan iman dan penyerahan diri mereka
bulat-bulat kepada Allah.” (Al-Ahzab: 22).
Dengan
berita gembira tentang kemenangan, maka kita hendaklah menambahkan ketaatan
kepada Tuhan dan menjadi semakin ikhlas dan merendah diri. Kita menyakini
bahawa Allah akan menyempurnakan nikmatNya kepada kita dan akan mencapai semua
matlamat yang diingini rakyat; kerana Allah telah berjanji untuk membalas dan
menyeksa orang yang berbuat salah dan menolong orang yang beriman:
“kemudian Kami menyeksa orang-orang yang
berlaku salah (mengingkarinya); dan sememangnya adalah menjadi tanggungjawab
Kami menolong orang-orang yang beriman.” (Ar-Rum: 47).
Kemaafan dan keampunan:
Sesungguhnya
kata-kata yang buruk lebih menyakitkan di dalam hati muslim daripada pukulan
cemeti di badan, kerana akan berasa susah hati dengan apa yang dikatakan.
Alangkah banyak tohmahan yang disiarkan oleh media secara dusta dan bohong.
Bagi kita pada diri Rasulullah itu terdapat contoh yang baik. Allah telah
menyatakan kepadanya bermaksud:
“Dan demi sesungguhnya Kami mengetahui, bahawa engkau
bersusah hati dengan sebab apa yang mereka katakan. Oleh itu,
bertasbihlah engkau dengan memuji Tuhanmu, serta jadilah dari orang-orang yang
sujud.Dan sembahlah Tuhanmu, sehingga datang kepadamu (perkara
yang tetap) yakin.” (Al-Hijr: 97-99)
Justeru,
seorang Islam tidak perlu menyibukkan dirinya dengan apa yang mereka katakan
dan tidak perlu bertindak balas kepada mereka, sebaliknya hanya menyibukkan
dirinya dengan berzikir kepada Allah, beribadah dan melakukan kerja yang
memberi manfaat kepada manusia, menyampaikan kebaikan yang dibawanya kepada
orang lain dan bersedia untuk memaafkan dan mengampunkan mereka:
“Jika demikian, maka janganlah engkau (wahai Muhammad) hiraukan mereka,
dan katakanlah: ` Selamat tinggalah! Kemudian mereka akan mengetahui kelak
(akibat keingkarannya)!“ (Az-Zukhruf: 89).
Langkan
seperti ini akan memadamkan permusuhan dan meleburkan persengketaan:
“Dan tidaklah sama (kesannya dan hukumnya) perbuatan yang
baik dan perbuatan yang jahat. Tolaklah (kejahatan yang ditujukan kepadamu)
dengan cara yang lebih baik; apabila engkau berlaku demikian maka orang yang
menaruh rasa permusuhan terhadapmu, dengan serta merta akan menjadi seolah-olah
seorang sahabat karib.” (Fussilat: 34).
Sesuatu kejadian adalah tafsiran amali
terhadap al-Quran:
Wahai
umat Islam bacalah tafsiran Al-Quran daripada “kitab realiti” yang telah menterjemahkan
makna-makna ayat dan menjadikannya hidup dan bergerak. Anda boleh melihat
bahawa mereka yang telah dihukum mati, terus ‘hidup’ sedangkan orang yang
menghukum telah ‘mati’. Orang yang dihukum penjara, merasa bebas dari
kurungannya sedangkan orang yang menghukumnya pula merasa dirinya dikurung.
Orang yang mengatur muslihat supaya menghalang mereka dari sampai ke
tempat-tempat yang dapat berbakti kepada rakyat, kini rakyat datang kepada
mereka kerana mereka pernah berjaga malam untuk keselesaannya setelah
pemerintah dahulu pergi sepertimana mereka pergi dulu. Orang yang sentiasa berada
dalam buangan jauh dari tanah air dan keluarganya, kini kembali dengan harga
diri, kemuliaan dan kebanggaan. Orang yang terperangkap di negara asal mereka
dan diharamkan dari melakukan perjalanan, kini boleh pergi ke mana sahaja dia
mahu tanpa sekatan .. Dan seterusnya akan datang, Insya-Allah, baki dari
hasil revolusi Mesir yang diberkati. Semua ini dan lainnya dapat kita lihat
secara realiti dan nyata di Mesir, Tunisia dan Libya .. merupakan
satu tafsiran
realistik berdasarkan firman Allah SWT (bermaksud):
“Dan berkatalah pula orang-orang yang kafir
itu kepada Rasul-rasul mereka: “Demi sesungguhnya, kami akan mengeluarkan kamu
dari negeri kami atau kamu menjadi seugama dengan kami”. Lalu Tuhan wahyukan,
kepada Rasul-rasulNya: “Demi sesungguhnya! Kami akan membinasakan orang-orang
yang zalim.“Dan demi sesungguhnya! kami akan tempatkan kamu di
negeri itu sesudah binasanya kaum yang zalim itu; balasan baik yang demikian,
adalah bagi orang-orang yang takut akan sikap keadilanKu (menghitung amalnya),
dan takut akan janji-janji azabKu.” (Ibrahim 13-14).
“Dan demikian itulah keadaan hari-hari, Kami
gilirkan ia antara sesama manusia, (supaya menjadi pengajaran) dan supaya nyata
apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang tetap beriman (dan yang
sebaliknya), dan juga supaya Allah menjadikan sebahagian di antara kamu
orang-orang yang mati Syahid. Dan (ingatlah), Allah tidak suka kepada
orang-orang yang zalim. Dan juga supaya Allah membersihkan
orang-orang yang beriman (dari dosa-dosa mereka) dan membinasakan orang-orang
yang kafir.” (Ali-Imran: 140-41).
Wahai
umat Islam, semua ini dan yang lain menghasilkan bayangan yang tersebar,
pengertian-pengertian yang diperbaharui berkisar ayat-ayat al-Quran, membuatkan
kita menyedari bahawa ianya adalah kebenaran yang nyata dan memberikan
ketenangan hati, meningkatkan keteguhan dan memperbaharui harapan:
“Kami akan perlihatkan kepada mereka
tanda-tanda kekuasaan Kami di merata-rata tempat (dalam alam yang terbentang
luas ini) dan pada diri mereka sendiri, sehingga ternyata jelas kepada mereka
bahawa Al-Quran adalah benar.” (Fussilat: 53).
Ketahuilah bahawa
apabila manusia menjatuhkan hukuman, maka yang terakhir ialah hukuman Allah
Azzawajalla. Seorang muslim hendaklah terus teguh di atas kebenaran, bersabar
dan bertahan sehingga Allah melaksanakan hukumanNya. Firman Allah SWT
(bermaksud):
“Dan turutlah apa yang diwahyukan kepadamu
serta bersabarlah (dalam perjuangan mengembangkan Islam) sehingga Allah
menghukum (di antaramu dengan golongan yang ingkar, dan memberi kepadamu
kemenangan yang telah dijanjikan), kerana Dialah sebaik-baik Hakim.” (Yunus:
109).
“Oleh itu, bersabarlah (wahai Muhammad),
sesungguhnya janji Allah itu benar; dan janganlah orang-orang yang tidak
meyakini apa yang engkau sampaikan itu menjadikan engkau resah gelisah.”
(Ar-Rum: 60).
“Aku hanya bertujuan hendak memperbaiki
sedaya upayaku; dan tiadalah aku akan beroleh taufik untuk menjayakannya
melainkan dengan pertolongan Allah. Kepada Allah jualah aku berserah diri dan
kepadaNyalah aku kembali.” (Hud: 88).
Allah
Yang Maha Besar dan segala pujian hanya bagi Allah.
Subscribe to:
Posts (Atom)