Qasidah oleh Abu Ammar Sheikh Muhammad Ahmad Arrashid.
Wednesday, December 26, 2012
Freedom and Justice Party Statement on Constitutional Referendum Second Phase Results
: News > FJP News | ||||
Freedom and Justice Party Statement on Constitutional Referendum Second Phase Results
The
Freedom and Justice Party congratulates all Egyptians on 64% ‘Yes’
initial overall results in the country’s referendum on new national
charter, where only 36% seem to have said ‘No’ to the basic law.
|
||||
Sunday, December 23,2012 04:43 | ||||
|
||||
Yesterday, the
Egyptian people continued the march towards completion of their modern
democratic State, having irrevocably folded the dark pages of past
injustice and oppression. Millions of citizens in seventeen provinces
turned out to vote on the draft constitution.
For the second time in one
week, the world saw those millions of Egyptians patiently standing in
line for long hours, determined to express their opinion and announce
their decision.
It is a true measure of this
enlightened nation’s civilized nature that no violent incidents were
reported during voting, despite all the sharp political differences.
This indicates that the great Egyptian people are embracing the
democratic process.
Freedom and Justice Party (FJP)
monitors did ascertain that voting and counting were completed under
full judicial supervision and monitoring of human rights organizations,
with full local and international media cover.
Although some irregularities were reported, they were so few and limited, they had no effect on the integrity of the referendum.
Our monitors in FJP operating
room reported the following almost-final results after counting 99% of
ballots in all polling stations, according to announcements made by
venerable judges and the records of the official counting committees, in
accordance with relevant laws.
It should be noted that the
results of the first phase showed the approval of approximately 56.5% of
those who voted on the draft constitution, in addition to about 68% of
Egyptians abroad.
This indicates that the
majority of the Egyptian people (about 64% of those who voted) have made
their decision to accept the draft constitution. These results remain
approximate, awaiting the announcement of the final results by the High
Judicial Elections Commission (HJEC), the authority officially
supervising the referendum process, which has the right and the duty to
make the final announcement of the result.
The FJP expresses its thanks to
every Egyptian who cast ballots, regardless of whether they voted "Yes"
or "No", and especially to honorable judges who supervised the
referendum process in cooperation with the HJEC and the brave men of the
armed forces and police who have succeeded in securing the voting
process.
While we congratulate the
Egyptian people on this great event, we hope approving the new
constitution would be an historic opportunity to reunite national
forces, on the basis of mutual respect and sincere dialogue, in order to
achieve stability in this homeland and to complete its constitutional
institutions.
We further hope that we can
together achieve the objectives of the January 25 revolution, and build
together a promising future for Egypt, with freedom, equality and decent
living for all the sons and daughters of this one homeland.
May God protect Egypt and its good people, and guide us all to serve its higher interests.
Freedom and Justice Party
|
Friday, December 14, 2012
Nasionalisme Yang Sebenarnya
Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi’, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 29-11-2012
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarga dan para sahabat serta orang-orang yang mendukungnya, selanjutnya…
Bahwa cinta kepada kampung halaman adalah naluri dan fitrah yang dianugerahkan kepada Manusia, bahkan dianugerahkan kepada seluruh makhluk.. Tidakkah Anda melihat burung-burung bermigrasi melakukan perjalanan ribuan mil, dan kemudian kembali ke habitat aslinya setelah melewati suasana yang keras berupa cuaca yang keras atau iklim yang parah? ..
Begitu pula manusia yang dilahirkan di suatu tempat lain dan memiliki kerinduan pada negeri induknya, meskipun jaraknya jauh atau berat, namun karena kerinduan kepada negeri yang memotivasi seseorang untuk kembali, meskipun berada di akhir hidupnya dan akhir umurnya ..
Inilah fitrah manusia tidak bisa dipungkiri Islam, bahkan senantiasa dipelihara dan dimotivasi, kecuali jika bertentangan dengan tugas jihad dalam membela kebenaran dan upaya untuk mereformasi negeri serta melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan dan membela yang tertindas .. Pada kondisi seperti itu, Mengatasi kerinduan yang fitri merupakan bagian dari jihad dan tadhiyah (pengorbanan) yang akan diberikan penghargaan (pahala) seuai dengan kesulitan yang dihadapi…
Nabi saw memberikan contoh yang menakjubkan terkait cinta dengan negeri sendiri, loyal kepadanya dan rindu terhadapnya, pada saat hijrah dari Mekkah setelah terasa sempit jalan-jalan dakwah,kemudian beliau bersabda:
والله إنك لأحبّ أرض الله إلى الله وأحب أرض الله إليَّ، ولولا أن أهلك أخرجوني منك ما خرجت
“Demi Allah, Engkau adalah tempat
(bumi) yang paling aku cintai sekiranya pendudukmu tidak mengusirku,
maka aku tidak akan keluar darimu “..
Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ
“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu
(melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu
ke tempat kembali”. (Al-Qashash:85)
Untuk meringankan beban dan mengobati perasaan rindu yang tinggi kepada kota Mekkah.
Begitupula sahabat Rasulullah saw “Bilal” yang senantiasa mendapatkan siksaan di kota Mekkah tidak seperti yang lainnya.. mensenandungkan puisi karena kerinduannya kepada kota Mekkah
Dan ketika Rasulullah SAW mendengar gambaran dan kondisi kota Mekkah dari salah seorang sahabat Ashil, meneteslah air mata yang mulia lalu bersabda: “wahai Ashil, biarkanlah hati-hati ini merindukannya”
Begitulah kecintaan Rasulullah saw yang mulia dan kecintaan para sahabat yang suci terhadap negerinya yang pertama (Mekkah), meskipun apa yang mereka temui berupa kehangatan dan sambutan yang baik di tempat hijrah mereka yang baru di Madinah Al-Munawarah..
Tidaklah seorang manusia dianggap sempurna kecuali memiliki rasa cinta terhadap negerinya, rindu kepadanya, berambisi atasnya dan berjuang dengan jiwa dan hartanya untuk membelanya, bahkan berusaha mengerahkan seluruh potensi untuk menjaga kemuliaannya, kekuatannya, kemenangannya dan kekayaannya.
Dan ketika kecintaan kepada negeri dilandasi dengan ikatan iman .. akan membuat perasaan menjadi mulia, dan ketika memahami (warga negara) bahwa membela tanah air adalah bagian dari mendekatkan diri kepada Allah, maka hal tersebut tidak akan sia-sia dan tidak akan melemahkan perlawanan terhadap musuh-musuh tanah air; karena ia faham bahwa
مَنْ مَاتَ دُوْنَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ مَاتَ دُوْنَ عِرْضِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ
“Barangsiapa mati dalam rangka
mempertahankan hartanya adalah syahid, dan barangsiapa yang mati dalam
rangka mempertahankan jiwanya adalah syahid”
dan
مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةَ اللِه هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيْلِ اللِه
”Baransiapa yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi maka ia di jalan Allah. “
Dan ketika nasionalisme dilandasi karena Allah .. Lingkupnya akan
menjadi lebih luas mencakup semua tanah kaum muslimin, sehingga membela
mereka menjadi kewajiban dan menolong mereka adalah keharusan.
فَحَيْثُمَا ذُكِرَ اسْمُ اللِه فِي بَلَدٍ *** عدَدَتْ أَرْضَهُ مِنْ لبِّ أَوْطَانِي
Dimanapun nama Allah disebut dalam satu negeri *** maka negeri tersebut bagian dari tanah airku
Bahkan, cinta kepada negeri lebih luas dan lebih luas sehingga meliputi seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman:
وَمَا لَكُمْ لا تُقَاتِلُونَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ
وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ
الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا
وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا
“Mengapa kamu tidak mau berperang di
jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki,
wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan Kami,
keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan
berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari
sisi Engkau!”. (An-Nisa:75)
Ketika nasionalisme diiringi dengan akidah maka akan menghasilkan keteladanan dalam berkorban dan keberanian tidak takut terhadap berbagai tipu daya musuh, kebencian orang-orang yang membenci, para penghambat dan hina, sungguh telah banyak terjadi gerakan pembebasan dari penjajahan di negara kita yang didasari iman yang murni .. Bahkan jika pembebasan telah sempurna melalui keberanian para Mujahidin dan darah para syuhada, kita melihat di beberapa negara buah dari jihad dicuri oleh pencoleng yang tidak beriman pada hari hisab (perhitungan) dan yang tumbuh di atas hidangan materialisme dan atheisme; untuk menjadi alternatif yang menjamin kelanjutan dari pengaruh asing setelah runtuhnya penjajahan militer, dan inilah rencana penjajahan di sebagian besar negara setelah terusirnya penjajahan militer dengan penjajahan lain sehingga dapat mencapai satu tujuan.
Ikhwanul Muslimin berhasil memerangi orang-orang Yahudi di Palestina, dan berjuang memerangi pasukan Inggris di tepi kanal suez, (Omar Mukhtar) berjuang melawan penjajahan Italia di Libya, Ibnu Badis berjuang melawan penjajahan Perancis Aljazair, Al-Mahdi melawan penjajahan Inggris di Sudan .. Semua gerakan pembebasan tanah air titik tolaknya adalah iman yang murni, para Mujahidin sangat mengidamkan jihad dan syahadah di jalan Allah mengangkat tanah air dan membebaskan negerinya.
Dan tidak pernah para mujahidin memerangi saudaranya setanah air… Bahkan terhadap penguasa yang zhalim sekalipun, mereka seantiasa meluruskannya dengan kata-kata yang hak meski mereka menanggungnya dengan banyak pengorbanan; jiwa, harta dan kebebasan, sama sekali tidak mendorongnya untuk balas dendam karena mengikuti contoh dari Rasulullah saw yang senantiasa dari umatnya berbagai macam siksa dan penderitaan, namun beliau selalu berdoa:
اللهمَّ اهْدِ قومي فإنهم لا يعلمون
“Ya Allah, berilah hidayah kepada kaumku, karena mereka tidak mengerti”
Bahkan ketika datang malaikat gunungnya sekembalinya dari Thaif dalam kondisi terusir dan terluka, meminta izin kepada Nabi untuk menghancurkan warga Mekah yang keji. Beliau bersabda:
لا.. عسى الله أن يخرج من أصلابهم من يشهد أن لا إله إلا الله”، وقد استجاب الله تعالى دعاء نبيه صلى الله عليه وسلم
”Jangan.. karena aku berharap, Allah
mengeluarkan dair keturunan mereka yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah”, Maka Allahpun mengabulkan doa Nabi saw tersebut”.
Maka Allah memberikan hidayah setelah itu, Makkahpun ditaklukkan dengan penuh kecintaan, maaf dan marhamah, dan Allah mengeluarkan Ikrimah dari tulang sulbi Abu Jahal, dan Khalid dari tulang sulbi Al-Walid bin Al-Mughirah, dan kota Mekkah kembali naungan tauhid untuk menjadi kiblat semesta alam, tempat kerinduan umat Islam hingga hari pembalasan.
Siapa saja yang mencintai tanah airnya tidak akan membakar, membunuh atau merusak, namun akan senantiasa mempertahankan tanah air dengan segala kekuatannya yang dimilikinya, dan tidak akan membuka tangannya berlumuran darah meski terhadap para pelanggar dalam bereksperi atau berlebih-lebihan dalam memusuhi
لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ
لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لأقْتُلَكَ إِنِّي
أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
“Sungguh kalau kamu menggerakkan
tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan
menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” (Al-Maidah:28)
Alhamdulillah, kami diberikan anugerah untuk senantiasa bersabar atas segala sesuatu yang menimpa kami; kezhaliman, penjara, siksaan dan pembunuhan, dan telah banyak dari kami yang menjadi syuhada menghadap Tuhan mereka di masa lalu, bahkan sampai sekarangpun tidak dapat kami berikan hak-hak mereka dari orang-orang yang membunuh mereka, namun semua kami serahkan kepada Allah, karena disisi-Nya lah semua akan diperhitungkan dihadapan mahkamah ilahiyah yang Maha Adil, Allah akan putuskan semua urusan kita dengan hukum-Nya yang Maha Adil.
Rasa takut kami kepada Allah telah mendorong kami untuk tidak membalas permusuhan dengan permusuhan lainnya, namun senantiasa bersabar dan menyerahkan seluruhnya keapda Allah.. kami berseru seperti yang dimohonkan Nabi saw:
اللهمَّ اهْدِ قومي فإنهم لا يعلمون
“Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku karena mereka tidak mengetahui”.
Karena banyak sekali dari para pembangkang disesatkan oleh media yang keji, atau menjual sebagian mereka dan menguasai kebutuhan mereka para pemilik kepentingan dari antek-antek rezim masa lalu yang zhalim, bahkan ada sedikit dari mereka yang menjual perasaan mereka, mengkhianati tanah air mereka, mencari kekuatan dari musuh-musuh eksternal diatas kepentingan umat, merekalah yang akhirnya dapat kami singkap jati diri mereka dan kami kalahkan tipu daya dan permainan mreka, meskipun demikian, terhadap mereka kita diperintah oleh Allah untuk tidak berbuat buruk kepada mereka, namun tetap meresmpin perintah Allah
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ
اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ
فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلا بَلِيغًا
“Mereka itu adalah orang-orang yang
Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah
kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada
mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (An-Nisa:63)..
Dan memohon petunjuk (hidayah) melalui ucapan para ulama yang tsiqah
جهاد الكفار بالسيف والسنان، وجهاد المنافقين بالحُجَّة والبَيان
“JIhad melawan orang kafir dengan pedang dan senjata, dan jihad melawan orang munafik dengan hujjah (bantahan) dan penjelasan.
Kita tidak akan kehilangan harapan dan tidak akan menyerah atau putus asa dari Rahmat Allah SWT, dan kami akan terus bekerja siang dan malam, berkorban dengan ruh, waktu, berbagai kondisi kami karena kecintaan kami kepada tanah air dan sayang rakyat kami, meninggikan syiar-syiar (damai .. damai .. damai), melantunkan ayat Al-Qur’an
إِنْ أُرِيدُ إِلا الإصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Aku tidak bermaksud kecuali
(mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. dan tidak ada
taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah
aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali”. (Huud:88)
Imam Syahid Hasan Al-Banna juga telah mengajarkan kita untuk berkata dalam berbagai kondisi seperti:
ونُحبُّ أن يعلمَ قومنا أنهم أحبُّ إلينا
من أنفسنا، وأنه حبيبٌ إلى هذه النفوس أن تذهب فداءً لعزتهم إن كان فيها
الفداء، وأن تزهق ثمنًا لمجدهم وكرامتهم ودينهم وآمالهم إن كان فيها
الغناء.. وما أوقفنا هذا الموقف منهم إلا هذه العاطفة التي استبدت بقلوبنا،
وملكت مشاعرنا، فأقَضَّتْ مضاجعنا وأسالت مدامعنا.. وإنه لعزيزٌ علينا
جدُّ عزيز أن نرى ما يحيط بقومنا، ثم نستسلم للذلِّ أونرضى بالهوان أو
نستكين لليأس، فنحن نعمل للناس في سبيل الله أكثر مما نعمل لأنفسنا، فنحن
لكم لا لغيركم أيها الأحباب، ولن نكون عليكم يومًا من الأيام
“Kami ingin agar umat mengtahui bahwa
mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri, sungguh, jiwa-jiwa
kami ini senang gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika
memang tebusan itu yang diperlukan. Atau melayang untuk membayar
kejayaan, kemuliaan, agama, dan cita-cita mereka, jika memang
mencukupi.. Tiada yang membawa kami pada sikap seperi ini kepada mereka,
kecuali karena rasa kasih sayang yang telah mencengkram hari kami,
menguasai perasaan kami, menghilangkan kantuk kami, dan mengalir air
mata kami. SUngguh, kami benar-benar sedih melihat apa yang menimpa umat
ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan, ridha pada
kerendahan dan pasrah pada keputusasaan.. Sungguh, kami berbuat di jalan
Allah untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih banyak dari apa yang
kami lakukan untuk kepentingan diri kami. Kami adalah milik wahai
saudara-saudara tercinta, bukan untuk orang lain. sesaat pun kami tak
akan pernah menjadi musuh kalian”.
Semoga Allah melindungi negeri kita, tanah air kita dan bangsa kita..
Semoga Allah memberikan rahmat kepada para syuhada kami dan mengobati orang-orang yang menjadi korban…
Memberikan kepada kita rasa aman.. Amin ya Rabbal alamin..
فَسَتَذْكُرُونَ مَا أَقُولُ
لَكُمْ وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ
بِالْعِبَادِ . فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ
فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ
“Kelak kamu akan ingat kepada apa
yang kukatakan kepada kamu. dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. Maka Allah
memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta
kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk”. (Ghafir:44-45)
Allah Akbar dan segala puji hanya milik AllahCairo, 15 Muharram 1434 H/ 29 Nopember 2012
Sumber: http://al-ikhwan.net/risalah-mursyid/nasionalisme-yang-sebenarnya
Monday, November 26, 2012
Muslim Brotherhood Statement on Events of Friday, November 23
Translation
of Egypt’s Muslim Brotherhood Statement regarding the President’s
Constitutional Declaration Thursday and the events that followed on
Friday.
|
||||||||||
Sunday, November 25,2012 13:21 | ||||||||||
|
||||||||||
Our homeland, Egypt,
is passing through a difficult time and serious events. The country’s
legitimate elected authorities, represented in its President and the
Constituent Assembly (CA), seek to complete the constitutional
institutions by writing the new national charter to fill the
constitutional vacuum that prevailed since the fall of the former
regime.
There will be a referendum on
the constitution, and then new parliamentary elections, which should
lead to order and stability, achieve security and protect the revolution
and its gains. Together, we will push the wheel of production, bringing
investment, for economic prosperity and social justice.
Meanwhile, many parties, forces
and groups seek to prevent all this from happening, by demanding
dissolution of the CA and preventing the completion of the new
Constitution. They therefore seek to prevent parliamentary elections and
deprive the homeland and the people of the legislative and regulatory
authority, so the country remains in a vacuum, in a state of chaos as a
prelude to toppling the elected regime and grabbing power.
Many popular personalities demanded revolutionary action to protect the country, rebuild institutions and achieve stability.
The president responded to
these revolutionary national demands Thursday with the Constitutional
Declaration which seeks to achieve a number of those revolutionary
goals, such as retrials for those accused of killing revolutionaries,
honoring and caring for those injured during the revolution, and sacking
the Public Prosecutor who was appointed by the ousted president.
Moreover, the Constitutional
Declaration protects the CA and the elected Shura Council and makes
immune the president's Decrees for a period not exceeding two months.
The vast majority of the
Egyptian people welcomed these Decrees, and showed strong support for
them as they came out in several mass demonstrations to declare support.
This was also reflected in and confirmed by several independent opinion
polls conducted by various print and broadcast media outlets.
Certain political leaders
condemned the Declaration, together with their supporters who did not
realize the seriousness of the situation for the Egyptian people’s
revolution, having received a - deliberately or inadvertently -
distorted image of that Declaration.
Thus they went out in
counter-demonstrations chanting insults and obscenities for slogans.
Joining them were groups of thugs who went on the rampage, destroying
and burning the headquarters of the Freedom and Justice Party (FJP) in
Alexandria and in other cities. Others attacked police officers with
Molotov bombs and stones, setting public and private institutions on
fire.
Then we heard irresponsible
calls for escalation, sabotage and strike actions to disable state
facilities. All this is certainly neither wise nor patriotic. In fact,
it ignores the higher interests of the country, the popular will and the
majority that represents the principles of democracy, which all parties
claim to respect.
Despite material and moral
harm, we still call on everyone to show a spirit of responsibility and
to work with citizens to gain their trust. We call for honest political
rivalry to achieve the interests of the country in the light of
democracy and justice.
The majority of Egyptians,
including the Muslim Brotherhood, strongly support the President’s
Decrees, seek to build constitutional institutions and achieve the
demands of the people and the revolution.
We therefore call upon all
national, revolutionary, Muslim and youth groups and movements to join
protest marches in liberty squares across Egypt’s provinces, after
Sunset prayers on Sunday to reaffirm their support for these Decrees.
Furthermore, we invite them all for a million-man march and demonstration in Abdeen Square on Tuesday for the same goal.
May God protect Egypt from all evil, guide its people to good fortunes, and remove all crises and distress.
The Muslim Brotherhood
Cairo - November 24, 2012
|
Tuesday, October 30, 2012
Disiplin Tarbiah Dalam Gerak Kerja Dakwah Umum
Tulisan: Ustaz Mohamed Hamed Eliwa
Terjemahan: UsTACZ
Sesungguhnya
termasuk dalam tujuan dakwah kepada Allah itu ialah menyebarkan
kebaikan di kalangan manusia, amar makruf dan nahi mungkar, menggalakkan
manusia melakukan kebaikan serta memberi amaran bagi manusia dari
perkara keji dan mungkar. Di jalan dakwah ini, kita menghadapi
dua jenis amal dakwah:
1) Pembinaan dan takwin.
2) Propaganda dan pengenalan.
Usaha
yang dicurahkan untuk kedua-dua garis (Takwin – Takrif) selamanya tidak
akan terpisah, bahkan ia saling menyempurna antara satu sama lain.
Memandu Masyarakat
Imam Al-Banna membicarakan
konsep ini ketika bercakap tentang maratibul amal (susunan amal) yang
dituntut daripada seorang al-akh yang benar. Tajuk ini disebut selepas
tajuk ‘Dua Susunan Amal’, iaitu islah al-nafs dan takwin al-bait (baiki
diri dan membentuk keluarga).
Kata Imam: “Dan memandu
masyarakat dengan menyebarkan kebaikan padanya, memerangi perkara keji
dan mungkar, menggalakkan melakukan kebaikan, amar makruf dan nahi
mungkar, bersegera ke arah kebaikan, menarik pandangan umum masyarakat
kepada fikrah Islamiyah serta sentiasa berusaha mewarnai
fenomena-fenomena umum dengan fikrah tersebut….”. (Risalah Ta’alim)
Tidak
syak lagi bahawa dakwah pada marhalah terbuka dalam masyarakat
mestilah bermula dari sifatnya sebagai dakwah dan tarbiyah yang
praktikal. Individu-individunya mestilah bergerak menyebarkan kebaikan
di tengah-tengah masyarakat dengan kemuliaan akhlak - hasil tarbiyah dan
nilai-nilai yang ditanam oleh dakwahnya - berdasarkan manhaj Islam.
Bekalan seseorang tidak terpisah dari gerak kerjanya. Tarbiyah tidak
terpisah dari dakwah dan khidmatnya kepada masyarakat.
Di
sini kita tidak mahu berbincang tentang faedah bekerja dalam masyarakat
umum serta faktor-faktor pendorong ke arah itu, tetapi sebagaimana
kerja bersama masyarakat punyai banyak faedah, ia juga
punyai disiplin yang mesti dipelihara pada batas-batasnya.
Disiplin Amal Dakwah Umum dan Propaganda
Ketika
kita sibuk dengan aktiviti-aktiviti umum di pelbagai medan, kita mesti
tunduk kepada disiplin tarbiah yang telah ditetapkan. Disiplin berkaitan
bagaimana kita mempromosi program dan aktiviti kita supaya ia selari
dan secucuk dengan projek pengaktifan dakwah, bagaimana cara sesuai
untuk kita wara-warakan itu semua kepada masyarakat. Semua disiplin
berkaitan faktor-faktor yang mendorong usaha ini dan juga objektif
pengiklanan kepada masyarakat dan juga hubungkait antara aktiviti kita
dengan usaha selain daripada kita yang juga berada di medan amal umum:
- Kepentingan menghadirkan niat yang ikhlas semata-mata kerana Allah Ta’ala. Amal yang dilakukan diniatkan kerana Allah SWT demi mengharapkan keampunan dan keredhaanNya dan kita tidak akan sekali-kali menuntut balasan selain itu.
- Bahawa hakikat sebenar harakah umum dakwah di kalangan manusia adalah ibadat. Kita beribadat kepada Allah dalam semua pergerakan dan diam kita pada semua medan gerakan (ekonomi, social, politik, dakwah, pendidikan, kesihatan… dsb). Dari sini kita mestilah merasai makna beribadat dan ubudiyyah dalam kerja-kerja dakwa umum bersama masyarakat.
- Mesti berhati-hati supaya kerja yang dilakukan – zahir yang diperlihatkan kepada orang ramai – tidak dihinggapi penyakit riya’ atau sum’ah, lalu kerja menjadi punah. Maka rosak dan sia-sialah usaha tanpa pahala.
- Orang yang terdedah dalam kerja kemasyarakatan daripada individu kita mestilah terdiri dari kalangan mereka yang punyai sum’ah (reputasi) yang baik, profil dan perjalanan hidup yang cemerlang. Mereka punyai keistimewaan dengan taqwa, akhlak mantap, mampu mempengaruhi dan tidak terpengaruh dengan penyakit dan tingkahlaku jelek. Mereka adalah cerminan dakwah di hadapan khalayak manusia.
- Memelihara kesempurnaan adab dan kemuliaan akhlak ketika bersama masyarakat. Dalam bab ini, Imam Al-Banna mengatakan: “Hendaklah kamu berusaha agar sentiasa benar dan jangan melampaui batas. Berusahalah agar propaganda yang kamu laksanakan berada pada batas-batas adab dan akhlak yang mulia. Berusahalah dengan bersungguh-sungguh mengumpulkan hati dan menjinakkan ruh serta ingatlah setiap kali dakwah berjaya, ia adalah dengan sebab kelebihan Allah SWT jua. Firman Allah SWT: “….bahkan (kalaulah sah dakwaan kamu itu sekalipun maka) Allah jualah yang berhak membangkit-bangkitkan budiNya kepada kamu, kerana Dia lah yang memimpin kamu kepada iman (yang kamu dakwakan itu), kalau betul kamu orang-orang yang benar (pengakuan imannya)”.
- Jangan sampai kerja dakwah, kerja kemasyarakatan dan propaganda tersebut membawa kepada perbalahan atau persaingan tidak sihat sehingga menyebabkan perjalanan dakwah tergendala atau melambatkannya dari mencapai matlamat.
- Perhatian
khusus mestilah diberikan terhadap mereka yang berada pada posisi amal
am dari segi tarbiah dan iman. Tabiat kerja sedemikian amat berhajat
kepada keprihatian tarbawi secara konsisten. Ini disebabkan tabiat kerja
tersebut menuntut demikian; seperti terlibat dengan penganjuran
majlis-majlis besar, pentas, mimbar, sentiasa diburu oleh cahaya flash
kamera atau terserlah nama dan kerjanya di dada-dada akhbar dan kaca
televisyen. Faktor pendorong kepada keperluan tersebut bertujuan bagi
menjaga mereka dari terpengaruh dengan fitnah dan kebimbangan dari
berlakunya sesuatu perubahan kepada jiwanya bilamana hilangnya perhatian
di atas. Lantas hati nanti tergantung dengan dunia bersifat sementara,
hawa nafsu yang terdorong ke jalan yang terseleweng dan akan menjauh
dari objektif dan matlamat asal dakwah. Maka akan binasalah mereka
–na’uzubillah- (Semoga Allah SWT memelihara ikhwah dan akhawat
sekalian). Daripada Qatadah, daripada Anas, Nabi SAW bersabda: “Tiga
perkara yang membinasakan: kedekut yang ditaati, nafsu yang diikuti dan
rasa ujub dengan diri sendiri”. (Hadis Baihaqi dan dihasankan oleh
Al-Albani)
- Kerja untuk masyarakat termasuk aktiviti propaganda dakwah bagi mencapai objektif itu seharusnya dibuat berlandaskan prinsip. Ia bukan untuk tindakbalas (reaksi balas) terhadap orang lain atau untuk memperlekehkan usaha lain (pertubuhan atau individu), atau bagi menzahirkan keinginan kita untuk tertonjol bahawa kita lebih baik dan lebih kuat daripada orang lain. Objektif kita mestilah jelas, iaitu sentiasa mengutamakan dakwah, menyebarluaskan kebaikan kepada manusia, memberi khidmat dan memperbaiki yang rosak. Sebelum itu semua mestilah didorong oleh matlamat agong kita iaitu mencapai darjat ubudiyyah sebenar semata-mata kerana Allah SWT
- Hendaklah kita semua konsisten dengan hikmah kebijaksanaan dalam dakwah dan propaganda kita. Hendaklah kita memperindahkan jalan dan mu’amalah kita kerana kita disuruh oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman:
(ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ
سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ. [النحل:125].)
“Serulah
ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan dan
nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau
serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dia lah
jua yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalanNya, dan Dia
lah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang mendapat hidayah
petunjuk”.
(وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْناً[البقرة:83
“dan katakanlah kepada sesama manusia perkataan-perkataan yang baik”.
Termasuk
makna dari hikmah kebijaksanaan itu ialah mempamerkan dakwah kita ini
dengan ‘approach’ terbaik dan memperelokkan seni komunikasi dengan
mereka. Termasuk juga menunjuk qudwah sesuai dengan apa yang kita seru
kepadanya. Tidak berlaku apa yang kita cakap tak serupa bikin. Termasuk
dari hikmah juga ialah kita mendahului dalam mempraktikkan apa yang kita
seru kepadanya kerana:
(إذا كنت إمامي فكن أمامى)
“Bila kamu menjadi imam saya, maka hendaklah kamu berada di hadapan saya”.
Alangkah
baiknya jika kita boleh menjiwai bahawa kita ini adalah pembawa
kebaikan dan penghubung bagi ummah dan manusia semua mendapat hidayah
Allah SWT. Tidak patut ada dalam diri kita rasa tinggi diri, bersikap
kasar dan merasa lebih, malah perlu bersikap pro aktif dan sentiasa
prihatin. Allah SWT berfirman:
(لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ [التوبة:12
“Sesungguhnya
telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri
(iaitu Nabi Muhammad s.a.w), yang menjadi sangat berat kepadanya
sebarang kesusahan yang ditanggung oleh kamu, yang sangat tamak
(inginkan) kebaikan bagi kamu, (dan) ia pula menumpahkan perasaan belas
serta kasih sayangnya kepada orang-orang yang beriman”.
Tunjukkan sikap
lemah lembut dan sopan santun serta berlapang dada. Allah SWT merahmati
orang yang mengatakan: “Orang yang melapangkan dirinya (baik sangka)
untuk orang lain bermakna dia memiliki dada yang lapang”.
Iaitu orang yang
dengan rela hati bersusah payah menyeru manusia kepada dakwah dan ringan
tulang berkhidmat untuk kesejahteraan masyarakat, sudah barang tentu
dia adalah seorang yang punyai sikap berlapang dada yang tiada tolok
banding dan dia adalah seorang yang paling bersedia untuk menerima
tanggungjawab.
10. Hendaklah kita sentiasa merenung diri sendiri setelah selesai melaksanakan program dan kerja kemasyarakatan berupa propaganda dan lainnya untuk bermuhasabah: “Apa pulangan yang diperolehi oleh dakwah kita dari kerja-kerja tersebut? Apa pula keuntungan yang kembali kepada kita sebagai individu yang bekerja? Adakah kita menjadi semakin dekat dengan Tuhan kita dari kerja ini? Adakah benar kita telah menyumbang faedah berguna untuk masyarakat dan umat kita? Apakah kesan positif dalam konteks takwin dan tarbiyah kita? Apakah usaha-usaha tersebut telah menambahkan sesuatu kemahiran atau pengalaman untuk dibawa ke masa depan? Dan lain-lain soalan yang boleh ditanya guna untuk menonjolkan kepentingan perbahasan seumpama ini dalam sudut-sudut – faedah dakwah dan tarbiyah daripada kerja umum.
10. Hendaklah kita sentiasa merenung diri sendiri setelah selesai melaksanakan program dan kerja kemasyarakatan berupa propaganda dan lainnya untuk bermuhasabah: “Apa pulangan yang diperolehi oleh dakwah kita dari kerja-kerja tersebut? Apa pula keuntungan yang kembali kepada kita sebagai individu yang bekerja? Adakah kita menjadi semakin dekat dengan Tuhan kita dari kerja ini? Adakah benar kita telah menyumbang faedah berguna untuk masyarakat dan umat kita? Apakah kesan positif dalam konteks takwin dan tarbiyah kita? Apakah usaha-usaha tersebut telah menambahkan sesuatu kemahiran atau pengalaman untuk dibawa ke masa depan? Dan lain-lain soalan yang boleh ditanya guna untuk menonjolkan kepentingan perbahasan seumpama ini dalam sudut-sudut – faedah dakwah dan tarbiyah daripada kerja umum.
اللهم
ارزقنا الاخلاص في القول والعمل ، والسر والعلن ، وكلمة الحق في الرضا
والغضب ، واجعلنا ممن عبادك الصالحين ، ومن جند دعوتك العاملين المخلصين .
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Thursday, October 18, 2012
Kelebihan 10 Zulhijjah
Penulis: Ustaz Tajul Arifin bin Che Zakaria (UsTACZ)
Pengerusi JK Tarbiah
Pertubuhan Ikram Malaysia
Di
antara rahmat dan kurniaan Allah kepada umat Muhammad s.a.w. ialah Dia telah menjadikan khusus untuk umat ini hari-hari dan
musim-musim untuk menambah kebaikan dan ganjaran yang berganda. Allah
s.w.t. membuka pintu-pintu dan memberi peluang bagi hamba-hambaNya mendapat
keberkatan dan rahmat.
Di antara hari-hari tersebut ialah hari-hari
sepuluh pertama dari bulan Zulhijjah sebagaimana yang telah dinyatakan Allah
dalam Surah Al-Fajr ayat 1 dan 2:
والفجر
وليال عشر
"Dan demi waktu
fajar dan malam-malam yang sepuluh".
Berkata
Ibnu Kathir: "10 Malam yang dimaksudkan di dalam ayat tersebut ialah malam-malam
bulan Zulhijjah". Ini jugalah yang
disepakati oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair,
Mujahid dan ramai dari kalangan ulama'
salaf dan khalaf. Pendapat ini telah ditarjihkan oleh majoriti ulama'
terutamanya bilamana malam-malam 10 tersebut digandingkan bersama waktu fajar
kerana kebanyakan mufassirun (ahli tafsir)
mengatakan ia adalah fajar hari
Nahr (Hari Raya Qurban).
Telah
thabit di dalam Sahih Bukhari daripada Ibnu Abbas (hadis marfu'): "Tiada
dari hari-hari untuk beramal soleh padanya terlebih dikasihi kepada Allah
selain hari-hari 10 Zulhijjah ini".
Para sahabat bertanya: "Tidak juga berjihad di jalan Allah? Nabi
s.a.w. bersabda: "Tidak juga berjihad di jalan Allah melainkan seorang
lelaki yang keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian dia tidak lagi ...".
Hari-hari
sepuluh ini termasuk Hari Arafah yang telah thabit di dalam Sahih Muslim darada
Abu Qatadah katanya: Rasulullah s.a.w. berkenaan puasa Hari Arafah. Sabdanya:
"Aku mengharap Allah s.w.t. akan menghapuskan dosa setahun yang lepas dan
akan datang ". Ini pendapat yang paling kuat dalam bab fadhilat Hari-hari
10 Zulhijjah.
Sesetengah
ulama' menafsirkan rahsia di sebalik kelebihan yang besar ini. Mereka mengatakan
ia berkaitan dengan Ibadat Haji dan diakhiri dengan Hari Arafah. Kelebihan hari
ini amat besar, demikian juga kelebihan Hari Raya; ia adalah sebesar-besar
kemuliaan di sisi Allah Ta'ala kerana padanya terdapat Haji Akbar. Demikian
juga faktor-faktor yang membawa kepada kelebihan beramal padanya berkait
dengan suasana keamanan di Mekah itu
sebagai persediaan menyambut kedatangan bakal-bakal haji, termasuk juga mereka
yang ditinggalkan oleh para hujjaj demi menyahut seruan Allah s.w.t. Semua itu demi satu tujuan iaitulah untuk
menumpukan perhatian hanya kepada amal ibadat dan zikir dan ia juga peluang
untuk menyibukkan diri masing-masing dengan segala jenis amal ibadat solat, puasa, sedekah dan haji.
Berkata
Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam kitab Fathul Bari Jilid ke 2 pada muka surat
234: "Dan yang jelas di sini bahawa sebab mengapa istimewanya 10 Hari dari
bulan Zulhijjah kerana ia menjadi tempat terhimpunnya Ummahatul Ibadah padanya(أمهات العبادة),
iaitu solat, puasa, sedekah dan haji. Semua ibadat itu tidak terhimpun pada selain bulan Zulhijjah".
Betapa
besarnya kelebihan hari-hari ini, Allah s.w.t. menjadikannya kembar kepada 10
hari-hari terakhir dari bulan Ramadhan. Ibnu Qayyim mengambil jalan pertengahan
dalam hal ini. Di dalam kitab Zadul Ma'ad katanya: "Maka yang benar pada
masalah ini ialah: 10 malam akhir daripada Ramadhan lebih afdhal dari 10 malam
akhir dari bulan Zulhijjah dan sebaliknya 10 hari dalam bulan Zulhijjah
terlebih afdhal dari 10 hari terakhir dalam bulan Ramadhan. Dengan huraian ini,
maka hilanglah kekeliruan. Ini menunjukkan bahawa 10 malam dari bulan Ramadhan
diberi kelebihan dengan sebab adanya Lailatul Qadar -ia berlaku di waktu malam-
dan 10 hari dari bulan Zulhijjah lebih afdhal
disebabkan hari-harinya itu iaitu padanya terdapat Hari Nahr (Hari
10,11,12 dan 13), Hari Arafah dan Hari Tarwiyah.
Persoalannya
apakah 'amal soleh' yang dimaksudkan di dalam hadis riwayat Bukhari di atas?
Adakah ia jenis tertentu dari amal ibadat ataupun semua jenis amal ibadat yang
boleh mendekatkan diri kepada Allah Azzawajalla?
Terdapat
beberapa hadis yang menjelaskan persoalan di atas. Di antaranya hadis yang
telah diriwayatkan oleh At-Tobarani dengan sanad jayyid: "Tiada hari-hari
di sisi Allah dan tiada hari-hari yang paling aku sukai untuk beramal padanya selain Hari-hari 10, maka
perbanyakkanlah padanya tasbih, tahmid, tahlil dan takbir".
Di
dalam sunan Abu Daud menyatakan bahawa adalah Rasulullah s.a.w. berpuasa pada
hari-hari 10 ini, iaitu selain Hari Raya.
Kesimpulannya:
Monday, October 8, 2012
Usrah Adalah Qaedah Asas dalam Struktur Dakwah Kita
Tulisan:
Sheikh Mohamed Hamed Eliwa
Terjemahan:
Ustaz Tajul Arifin Che Zakaria (TACZ)
Sesungguhnya
Imam Al-Banna telah menegaskan makna ini ketika bercakap di hadapan Ikhwan pada
suatu hari: “Usrah merupakan Qaedah Asas dalam binaan dakwah kita. Naqib
usrah pula adalah batu penjuru dalam binaan ini”. Ia merupakan kalam pengasas
(Ikhwah Muslimin) bagi menunjukkan betapa mustahak dan betapa kesatuan dakwah
ini terbina di atas sistem ini. Justeru Imam Al-Banna telah meletakkan Peraturan
Khusus (Laihah Khas) bagi menjamin kelangsungannya berdasarkan disiplin
yang telah ditetapkan dan efektif agar pentarbiyahan individu terlaksana.
Itulah matlamat daripada dakwah ini. Peraturan ini telah ditetapkan pada
bulan Rabi’ul Awal 1362H bersamaan bulan Mac 1943.
Berkenaan Sistem Usrah ini, Imam Al-Banna berkata: “Wahai
Ikhwan sekalian, sistem ini amat berguna untuk kita dan dakwah ini dengan izin
Allah SWT. Ia berfungsi untuk mengontrol ikhwan yang ikhlas dan menjadikan
mereka berada dalam suasana mudah dihubungi dan menerima arahan dari masa ke
semasa untuk kepentingan dakwah yang mulia ini. Ia akan menguatkan ikatan dan
meningkatkan ukhuwah satu sama lain dari tahap kata-kata (teori) ke tahap
perbuatan dan praktikal (pelaksanaan)”.
Usrah adalah Wadah Utama Tarbiyah kerana tarbiyah berdasarkan
Sistem Usrah adalah merupakan tarbiyah sebenar (hakiki) disebabkan beberapa faktor:
(1) Di dalam usrah kehalusan dan kedalaman tarbiyahnya wujud
(kerana bilangan sedikit dan mudah dimutaba’ah dan berlakunya muayasyah).
(2) Di dalam usrah adanya hikmah dan berlakunya proses pemindahan
pengalaman (di bawah seliaan seorang mu’allim dan murabbi iaitu naqib)
berpandukan Manhaj Tarbiyah bersumberkan Al-Quran, As- Sunnah dan terikat
dengan jadual masa secara bertahap dan terarah.
Tatkalamana tarbiyah melalui jalan usrah memungkinkan tersedianya
individu secara islami dan sempurna, maka ianya (Sistem Usrah) akan berterusan
sekalipun setelah tertegaknya Kerajaan Islam. Kerana tarbiyah melalui jalan
usrah akan berfungsi sebagai pembekal untuk kerajaan memenuhi keperluan sumber
manusia berkualiti. Ciri-ciri insan soleh seumpama itu memang diperlukan oleh
mana-mana kerajaan secara berterusan. Ini bermakna bahawa Sistem Tarbiyah melalui
Usrah adalah Unsur Tetap (thawabit) dakwah Ikhwan Muslimin.
Sebagaimana Usrah merupakan wadah utama tarbiyah, Usrah juga
merupakan Unit bagi mengawal keanggotaan dan tanzim dalam Struktur Jemaah.
Bagaimana mungkin unit keanggotaan (sepenting ini) boleh berubah? Ia boleh
berubah mengikut situasi dan keadaan?!!
Ingatlah bahawa Unit Keanggotaan adalah sebahagian dari sistem itu.
Ia adalah batu bata dalam struktur binaannya dan tidak mungkin mana-mana binaan
akan kekal bilamana batu bata- batu batanya terpisah (terkeluar) dari struktur
asalnya.
Usrah merupakan keluarga setiap al-akh dan ia adalah kaum kerabat
terdekatnya. Ia merupakan ikatan sebenar dan amat diperlukan bagi menghubungkan
antara individu dan Jemaah. Ia merupakan satu-satunya wasilah yang akan
membantu Jemaah memutaba’ah anggotanya dari pelbagai sudut. Semua kepentingan
tersebut menjadi ciri-ciri khusus bagi usrah.
Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahawa Sistem Usrah merupakan
Unsur Thawabit dalam Islam, tetapi sebagai anggota Ikhwan Muslimin kita telah
bersetuju menjadikannya sebagai salah satu Unsur Thawabit dalam dakwah kita.
Penentuan tersebut sebagai mencontohi tarbiyah yang dilaksanakan
oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya di Darul Arqam ibn Abi Al-Arqam.
Penentuan tersebut juga berdasarkan pendirian yang diambil oleh Nabi SAW
bersama kaum Ansar yang berbai’ah dengan baginda pada Bai’at Aqabah Kedua.
Justeru itu tidak harus ada seorang pun daripada kalangan kita
yang boleh mengeluarkan kenyataan bahawa
Usrah bukan dari Thawabit Ikhwan Muslimin. Kita tegaskan kepadanya …”tidak
sekali-kali tidak”.
Dalam Ikhwan Muslimin, Usrah merupakan Unsur Tetap (tidak berubah)
daripada Thawabit Sistem Tarbiyah dan keanggotaan kerana ia adalah wadah
tarbiyah utama dan unit keanggotaan dalam struktur tanzim Jemaah. Lebih-lebih
lagi ia juga merupakan unit terpenting untuk kelangsungan individu dan
jemaahnya.
وآخر دعوانا أن
الحمد لله رب العالمي
Friday, September 21, 2012
IMAM AL-BANNA DAN HAKIKAT DAKWAH KITA
Tulisan: Mohamed Hamid Elawa
Penterjemah: Ustaz Tajul Arifin Che Zakaria
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله
وصحبه ومن والاه وبعد
يقول الله تعالى : ( قُلْ هَذِهِ
سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ) يوسف 108
Allah s.w.t. telah berfirman yang bermaksud: ‘Katakanlah
(wahai Muhammad):” Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang menurutku, menyeru
manusia umumnya kepada ugama Allah dengan berdasarkan keterangan dan bukti yang
jelas nyata. Dan aku menegaskan: Maha Suci Allah (dari segala i’tiqad dan
perbuatan syirik); dan bukanlah aku dari golongan yang mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang lain”.
Ikhwan Muslimin adalah gerakan Islam yang komprehensif,
bekerja demi untuk menegakkan ugama Allah di muka bumi ini dan untuk
merealisasikan matlamat dan tujuan yang dengan sebabnya Islam yang maha suci
ini datang. Ikhwan beriman dengan Islam
yang menjadikan aqidah sebagai pengawal
yang memelihara halatuju orang-orang Islam sebagaimana mereka juga beriman
bahawa Islam juga merupakan syariat, kaedah yang syumul merangkumi setiap sudut
kehidupan
Berkata Imam Al-Banna dalam Risalah (الاخوان تحت
راية القرآن):
“Wahai Ikhwan Muslimun, bahkan wahai semua
manusia! Kita bukanlah parti politik, sekalipun politik di atas kaedah Islam
merupakan fikrah kita yang asli. Kita bukan pertubuhan kebajikan dan pembaharuan,
sekalipun kerja kebajikan dan pembaharuan merupakan objektif terbesar kita.
Kita bukan pasukan riadhah, sekalipun riadhah badan dan ruh merupakan
sebahagian dari wasilah terpenting kita. Kita tidak sama seperti pertubuhan
sedemikian kerana semua pertubuhan ini hanya untuk tujuan tertentu dan untuk
tempoh tertentu. Mungkin pertubuhan ini lahir hanya di atas dasar mahu
mewujudkan sebuah pertubuhan atau sekadar mahu meletakkan nama rasmi bagi
pertubuhan tersebut.
Akan tetapi wahai manusia! Kami adalah fikrah dan
aqidah, sistem dan manhaj. Kami tidak terbatas pada tempat tertentu atau bangsa
tertentu atau sempadan geografi tertentu. Kami tidak akan berhenti pada batas
tertentu melainkan setelah bumi dan segala isinya kembali kepada Allah s.w.t.
kerana sistem ini adalah sistem Tuhan Rabbul Alamin dan manhaj ini adalah manhaj
Rasul-Nya yang bersifat jujur lagi amanah”.
Pada tempat yang lain iaitu di akhir Risalah (بين الأمس
واليوم)
Imam Al-Banna berkata:
“Wahai Ikhwan! Kamu bukan pertubuhan
kebajikan, bukan parti politik, bukan badan yang ditubuhkan untuk tujuan yang
terbatas. Kamu adalah ruh baru yang mengalir dalam hati umat ini dan
menghidupkan umat ini dengan Al-Quran. Kamu adalah nur baru yang bersinar
menghapuskan kegelapan materialisme ke arah ma’rifah Allah s.w.t. Kamu adalah
suara yang berkumandang dan bergema melaungkan dakwah Rasulullah s.a.w.”.
Kita simpulkan kalam Imam Al-Banna
dalam beberapa faedah dan natijah:
·
Bahawa dakwah Ikhwan adalah
Dakwah Rabbaniyyah: Kerana asasnya itu berlegar di
sekitar objektif kita yang membawa manusia mendekatkan diri kepada tuhan
mereka. Berusaha menghubung dan mengikat hati-hati mereka dengan pencipta
mereka iaitu Allah s.w.t. supaya mereka ikhlas semata-mata untuk ugama dan
dakwah mereka. Mereka hendaklah membetulkan niat supaya ikhlas beramal kerana
Allah s.w.t. tuhan semesta Alam.
·
Bahawa dakwah Ikhwan adalah
Dakwah Islamiyyah: Kerana ia dinasabkan kepada Islam
yang Maha Agung dengan kesyumulan, kesempurnaan dan kelengkapannya. Allah
s.w.t. berfirman:
(الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإسْلامَ دِينًا ) المائدة 3
·
Bahawa dakwah Ikhwan adalah
Dakwah Alamiyyah: Dakwah ini ditujukan kepada seluruh
manusia kerana manusia pada hokum Islam adalah bersaudara. Asal usul mereka
dari satu (Adam).
( وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ) سبأ 28
‘Dan
tiadalah Kami mengutusmu (wahai Muhammad) melainkan untuk umat manusia
seluruhnya, sebagai Rasul pembawa berita gembira (kepada orang-orang yang
beriman), dan pemberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar), akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (hakikat itu)’.
(إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ) .الحجرات
13
·
Bahawa dakwah Ikhwan adalah
Dakwah Syumul: Dakwah ini tidak hanya mementingkan
sudut tertentu dan mengabaikan sudut kehidupan yang lain. Ia tidak terbatas
pada kerja-kerja politik dan pertembungan dengan parti serta sibuk dengan
pilihanraya, sekalipun politik adalah sebahagian dari kerja kita. Sama halnya
kita tidak boleh membataskan kerja-kerja kita pada sudut kemasyarakatan,
kecemasan dan terlibat sama dalam aktiviti masyarakat, sekalipun kerja-kerja
kebajikan tersebut merupakan sebahagian dari tanggungjawab kita.
·
Bahawa dakwah Ikhwan adalah
Dakwah Tarbiyah dan Takwin: Kerana tarbiyah yang syumul dan
takwin yang berterusan; kedua-duanya adalah tiang (pasak) bagi dakwah ini. Ia
juga perbezaan terpenting yang membedakannya dari dakwah-dakwah lain. Melalui
Manhaj Tarbawinya dakwah ini mampu digerakkan melalui soff yang mantap. Ini
hasil terpenting tarbiyah (hasilkan individu muslim), sebabnya ialah kerana
individu itu teras kepada kebangkitan ummah. Imam Al-Banna sentiasa ingatkan
kita:
(كونوا
أنفسكم تتكون بكم أمتكم)
“Bentuklah
diri anda sekalian, nescaya akan terbentuklah dengan kamu umat kamu”.
Inilah tarbiyah… di mana semua
orang mesti tunduk (mengikutinya) tanpa kecuali; sama ada besar atau kecil,
lama atau baru, qiadah atau jundi. Dalam Ikhwan tiada orang yang berada di luar
lingkungan tarbiyah dan takwin.
·
Bahawa dakwah Ikhwan adalah
Dakwah Ikhlas dan Tajarrud: Dakwah ini
mentarbiyah pengikutnya dan matlamat dari amal dan ucapan mereka tidak lain
melainkan untuk mendapat keredhaan Allah s.w.t. dan pahala dari sisi-Nya. Tidak
ada nawaitu selain itu. Di sini bukan tempat untuk memperolehi kekayaan atau
kemasyhuran atau pangkat dan gelaran. Justeru Ikhlas adalah satu rukun dari
rukun-rukun Bai’ah. Imam Al-Banna sentiasa mengungkapkan kepada ikhwan
kata-kata ini: (إن
الخفي على هذه الطريق خير من الظاهر)
‘Sesungguhnya yang sunyi (tak
bising) di atas jalan dakwah ini lebih baik daripada yang zahir
(nampak/menonjol)’.
Dakwah ini juga suci dari
dikuasai oleh hawa nafsu dan ketamakan; di mana orang yang berada di atas jalan
ini mestilah tajarrud kepada fikrah dan prinsip dakwahnya kerana ia
adalah semulia-mulia fikrah dan kedudukannya paling atas. Allah s.w.t.
berfirman:
(صِبْغَةَ اللَّهِ
وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ) . البقرة
138.
‘Celupan Allah, dan siapakah yang
lebih baik celupannya selain Allah s.w.t. dan kami menjadi hamba yang menyembah
kepadaNya’.
وآخر
دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Subscribe to:
Posts (Atom)